Sains

Belati Buatan Orang Papua Nugini Ini Terbuat dari Tulang Manusia

Tradisi penggunaan belati berbahan tulang di masayarakat Papua Niugini telah membuat para antropolog sangat penasaran.

Editor: Ari Nugroho
Kompas.com
Ukiran pada belati tulang manusia (atas) dan belati tulang kasuari (bawah) muncul pada belati tulang milik orang Papua Nugini 

Belati yang terbuat dari tulang manusia ditambah motif ukiran yang rumit akan memberi gengsi sosial luar biasa bagi pemiliknya.

Baca: Terungkap, Belati Kuno Firaun Ternyata Bukan Berasal dari Bumi Tapi Luar Angkasa!

Dilansir Gizmodo, Kamis (25/4/2018), pisau belati merupakan objek ekspresi artistik dan indikator status sosial yang sangat penting.

Senjata ini digunakan untuk membunuh korban dengan cara menusukkan belati ke leher setelah korban terluka oleh panah atau tombak.

Belati mana yang lebih kuat, dari tulang manusia atau tulang burung?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, tim antropolog yang dipimpin oleh Nathaniel Dominy dari Dartmouth College melakukan pengujian belati tulang kasuari yang didapat dari penjual barang seni dan membandingkannya dengan 11 belati tulang tiruan yang disimpan Hood Museum of Art, Dartmouth.

"Kami perlahan-lahan membengkokkan belati tulang kasuari sampai patah, dan kami mengukur bagaimana tulang bertahan agar tidak patah. Kami menggunakan informasi itu dan digabungkan dengan model komputer untuk memperkirakan bagaimana belati tulang dari Museum Hood merespon tekanan," kata Dominy kepada Gizmodo.

"Kami menemukan bahwa belati tulang manusia secara mekanis lebih kuat dari belati tulang kasuari," imbuhnya.

Baca: Fosil Tulang Jari-jari Ini Beri Petunjuk Siapa Penghuni Awal Tanah Arab

Meski belati dari tulang manusia dan burung sifat fisiknya sama, namun belati dari tulang manusia lebih tahan terhadap tekanan yang lebih besar.

Namun, antropolog juga menemukan keanehan. Peneliti menduga orang Papuan Niugini sengaja membuat belati dari tulang kasuari lebih lemah.

"Kami berspekulasi bentuk belati yang datar lebih nyaman saat dipasang di lengan mereka. Kemungkinan lain mungkin lebih sedikit terjadi gesekan saat menancapkan belati ke tubuh korban. Kami menduga, tujuan mereka membuat belati dari tulang ini lebih kepada gengsi sosial. Misalnya, belati tulang manusia yang lebih membanggakan karena langka dan didapat dari tulang milih ayah," kata Dominy.

Dengan kata lain, belati ini tidak dirancang untuk membunuh, namun untuk pertahanan.

Baca: Ternyata Ada Dampak Negatif Makanan Asin terhadap Tulang

"Dalam ilmu antropologi, ada perdebatan panjang yang membahas mengapa manusia menghias benda kesayangan seperti pakaian, pot, dan sebagainya. Salah satu alasanya, dekorasi yang unik akan meningkatkan gengsi dalam kelompok," jelas Dominy.

Sumber: Kompas.com
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved