Spionase Mossad Eli Cohen

Kisah Eli Cohen, Mata-mata Legendaris Israel di Suriah yang Berakhir di Tiang Gantungan #2

TIGA bulan di Buenos Aires, Amin Taabes sudah mendapatkan segala-galanya. terutama kepercayaan elite komunitas Suriah di kota itu

Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Mona Kriesdinar
Spion Eli Cohen 

Tak hanya sekali, berkali-kali Taabes diizinkan masuk Golan, dan bahkan leluasa momotret persenjataan Suriah. ia juga memotret menggunakan tele, aktivitas penduduk Israel yang ada di bawah pegunungan dan jadi sasaran tembak Suriah.

Tak hanya itu, Taabes mendapatkan penjelasan panjang lebar dari para perwira lapangan, tentang gambar-gambar dan sistem pertahanan Suriah. Taabes segera mendapatkan gambaran betapa rumitnya sistem pertahanan di Golan.

Artileri ditempatkan di bawah tanah, paritnya terlindung, pos-pos observasi dilindungi beton, begitu juga tank-tanknya, serta meriam-meriam dimasukkan ke tanah hitam. Gudang amunisi ada di bawah tanah. Seluruh area dikelingi ranjau dan kawat berduri.

Ia juga mendengar penjelasan para penasehat dari Rusia, mendapati map-map dan model wilayah Golan, dan ia diajak ke stasiun-stasiun radarnya. Ketika memandang lembah di bawahnya, Taabes menyimpan perasaan sedihnya, karena ia menyaksikan tanah airnya begitu dekat.

Di saat kritis ketika Taabes rindu bertemu keluarganya, terjadi kup tak berdarah. Jenderal Amin Al-Hafez, atase militer di Buenos Aires, teman Taabes itu, merebut kekuasaan. Pada 26 Juli 1963, Hafez jadi Presiden Suriah.

Taabes diundang ke istananya saat pesta perjamuan naiknya Amin Al Hafez sebagai pemimpin tertinggi Suriah. Secara khusus Hafez mengucapkan terima kasih atas hadiah-hadiah istimewa dari Taabes untuk istrinya.

Kedekatannya dengan sang Presiden itu membuat Taabes jadi buah bibir. Ia bahkan masuk daftar orang yang akan dikerek naik menduduki jabatan strategis pemerintahan. Sebagai anggota Partai Baath Suriah, Taabes punya kans.

Presiden bahkan menyodorkan pilihan ekstrem, mengapa tak mendudukkannya sebagai Menteri Pertahanan. Tapi Taabes menolak halus, mengatakan belum siap, dan hanya mengajukan diri untuk pergi ke Argentina, dan menggalang dana.

Meski tidak menduduki jabatan, Taabes menjadi orang kepercayaan Presiden. Ia bebas mendatangi instalasi militer paling sensitif, jadi juru bicara Presiden di forum-forum luar negeri, dan menyiapkan diri untuk menguasai jabatan paling strategis di militer Suriah.

Taabes bebas melihat instalasi rudal terbaru buatan Rusia, menyaksikan gudang-gudang penyimpanannya, dan mendapatkan gambaran detail sistem pertahanan di Quneitra, ujung tombak Suriah berhadapan dengan Israel.

Ia mengetahui pengiriman 220 tank T-54 Rusia, dan bagaimana Rusia menyiapkan strategi perang Suriah guna menggempur Israel. Inilah masa-masa keemasan Amin Taabes sebagai mata-mata Mossad di Suriah.(xna)

Bersambung ke bagian III

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved