Sleman

Pengusaha Ayam Goreng di Sentra Ayam Goreng Bedan Mulai Menggeliat

Di hari-hari besar seperti Lebaran, Natal, maupun Tahun Baru, produksi Ayam Goreng di dusunnya bisa mencapai 1000-6000 ekor Ayam Potong.

Penulis: Siti Umaiyah | Editor: Ari Nugroho
IST
Widodo, satu diantara pengusaha Ayam Goreng di Sentra Ayam Goreng Kalasan sedang menunjukan Ayam Goreng buatannya, Selasa (10/4/2018) 

Laporan Calon Reporter Tribun Jogja – Siti Umaiyah

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Tahun 1982 merupakan awal mula Widodo memproduksi Ayam Goreng di Desa Bedan, Tirtomartani, Kalasan, Sleman.

Dalam usianya yang sudah 69 tahun, Widodo menjadi Ketua sekaligus pemilik usaha Ayam Goreng yang paling tua di Kelompok Sentra Ayam Goreng Kalasan.

Di awali tahun 1977-1979, saat dia bekerja sebagai pelayan di Ayam Goreng Suharti Janti, yang tidak lain adalah tantenya sendiri, Widodo mulai berinisiatif untuk memproduksi Ayam Goreng sendiri.

“Dulu saya dan adik saya, Wiyono bekerja di Ayam Goreng Suharti, lalu kita inisiatif membuat usaha rumahan. Nah, mulailah kita membuat Kelompok Ayam Goreng dengan warga sekitar yang juga ada yang belajar di Ayam Goreng Mbok Berek,” terangnya, Selasa (10/4/2018).

Tahun 2001 kelompoknya mendapat bantuan Rumah Pemotongan Ayam (RPA) Dari Dinas Peternakan, yang terletak tidak jauh dari rumahnya.

Baca: Wisata Kuliner Presiden Jokowi, Makan Sambel Blondho di Ayam Goreng Mbah Karto

Saat itu, para anggota kelompoknya jika ingin memotong ayam, bisa berbondong-bondong kesana.

Namun, usaha menyatukan kelompok memang tidak selalu mudah. Hal tersebut dikatakan Widodo.

Sebelum Dusunnya dikukuhkan sebagai Sentra Ayam Goreng di Kabupaten Sleman tahun 2015 lalu, kelompok Ayam Goreng yang dibentuk Widodo bersama kawan-kawannya sempat mati.

Namun, kedatangan Dinas Perindustrian, Perdagangan. Koperasi dan UKM (Disperindagkop) di tahun 2012 lalu, membuat kelompoknya menjadi bergema kembali.

“Wah, dulu kelompok kita sempat mati, saya juga sempat malu mengantarkan surat ke teman-teman. Tapi akhirnya, kelompok kita bisa hidup kembali sampai sekarang,” terangnya.

 Saat ini, terdapat 35 anggota yang masuk dalam kelompoknya. Selain itu, terdapat pula beberapa pemilik usaha yang tidak tergabung dalam kelompoknya.

Baca: Inilah Resep Membuat Ayam Goreng Popcorn yang Dijamin Bikin Ketagihan

Mengenai perbedaan antara Ayam Goreng buatannya dengan Ayam Goreng di Mbok Berek dan Suharti, Widodo mengungkapkan bahwa Ayam Goreng buatannya diambil dari Ayam Potong.

Sedangkan di Mbok Berek maupun Suharti menggunakan Ayam Jawa.

“Kebanyakan kalau pengusaha Ayam Goreng disini menggunakan Ayam Potong. Harga juga lebih murah. Kita menjualnya 70 ribu,” ungkap Widodo.

Di hari-hari besar seperti Lebaran, Natal, maupun Tahun Baru, produksi Ayam Goreng di dusunnya bisa mencapai 1000-6000 ekor Ayam Potong.

Namun, ketika hari-hari biasa, kebanyakan masyarakat menjajakannya di pasar, keliling maupun ada yang menerima pesanan di rumah.

“Kalau istri saya jualan di Pasar Bringharjo setiap siang hari. Kalau saya yang melayani sewaktu-waktu ada pembeli ke rumah. Stok kita ada terus,” ungkapnya.

Baca: Mudah! Rahasia Resep Ayam Goreng Crispy, Renyah Seperti KFC

Setiap satu bulan sekali, di tanggal 25 dia dan kelompoknya selalu rutin mengadakan pertemuan. Selain itu, kelompoknya juga memiliki arisan simpan pinjam.

“Kita ada arisan Maju Makmur, itu berbentuk simpan pinjam. Tidak dipungkiri anggota kita 60% sudah memiliki mobil. Saya senang melihat anggota-anggota saya bisa sukses mengeluti bisnis Ayam Goreng ini,” jelasnya.

Tidak hanya itu jika ditotal, dalam sehari perputaran uang dalam kelompoknya bisa mencapai 60 juta.

Widodo dan anggota kelompoknya juga sudah memiliki sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).

“Semua produk yang kita gunakan halal. Mulai dari garam, trasi, maupun yang lainnya. Yang kita tekankan juga kualitas dan rasa,” jelasnya.

Baca: Andalkan Resep yang Berusia 50 Tahun, Ayam Goreng Bu Tini Tawarkan Pengalaman Kuliner yang Beda

Mengenai persaingan, Widodo mengatakan jika dia dan kelompoknya berusaha membangun rasa kekeluargaan.

“Mengenai  harga, secara lisan tidak kita anjurkan adanya persaingan. Tapi kalau rasa, model kita bebas,” ungkapnya.

Widodo berharap, masyarakat disekitarnya bisa sukses menggeluti usaha Ayam Goreng ini. Dia berangan-angan Ayam Goreng buatannya dan kelompoknya bisa di ekspor ke luar negeri.

“Kita kalau bisa ekspor, memang hal itu tidak semudah yang kita bayangkan. Tapi, yang namanya harapan itu ada,” ucapnya. (TRIBUNJOGJA.COM)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved