Menerbangkan Layang layang Naga Kresna Sepanjang 100 Meter
Pembuat sekaligus pemilik layang-layang berbentuk naga, R Ahmad Sunarwan yang berasal dari kelompok layang-layang Pangeran Petruk Magelang
Penulis: Susilo Wahid Nugroho | Editor: Iwan Al Khasni
Tak hanya atraksi pesawat Jupiter Aerobatic Team (JAT) yang mencuri perhatian pengunjung Jogja Air Show (JAS) 2018 di Pantai Depok, Bantul. Masih ada layang-layang berbentuk naga yang juga jadi sasaran objek foto para pengunjung. Bukan hanya ketika layang-layang ini mengudara namun ketika proses menerbangkan.
Ya, karena untuk menerbangkannya butuh usaha ekstra dan jumlah orang yang tidak sedikit. Hal ini diungkapkan oleh pembuat sekaligus pemilik layang-layang berbentuk naga, R Ahmad Sunarwan yang berasal dari kelompok layang-layang Pangeran Petruk Magelang, Jawa Tengah.
"Kalau angin sedang dan ketinggian standar butuh lima orang, masing-masing punya peran mulai dari memegang kepala layang-layang sampai tali, tapi jika angin sampai 10 knot dan posisi tinggi bisa butuh sampai sepuluh orang karena bisa sangat berat," kata Ahmad.
Saat JAS 2018, Sabtu (17/2/2018) misalnya, ada lima orang yang menerbangkan layang-layang naga ini. Beberapa kali percobaan dilakukan karena layang-layang sempat gagal terbang. Proses menerbangkan layang-layang ini jadi objek foto para pengunjung maupun para fotografer yang datang.
Kuatnya tarikan layang-layang naga milik Ahmad ini karena panjang dari kepala sampai ekor bisa mencapai sekitar 100 meter. Tubuh layang-layang terdiri dari kepala dan gabungan dari ruas-ruas badan. Jumlah ruas diperkirakan mencapai 110 sesuai panjang badan.
Tali layang-layang menurut Ahmad juga khusus yang didesain untuk layang-layang. Biasanya, ia memakai tali yang biasa dipakai untuk tali layar di kapal. Yaitu tali berjenis kuat dan tidak fleksibel. "Kalau tali fleksibel dan bisa melar nanti susah mengendalikan layang-layang," kata Ahmad.
Waktu pengerjaan pembuatan layang-layang milik Ahmad ini adalah enam bulan. Durasinya memang cukup lama mengingat proses pembuatan dilakukan hanya paruh waktu. Jika dibuat dengan waktu pengerjaan penuh, bisa diselesaikan sekitar tiga atau empat bulan.
Bahan kain Water Proof (WP) sengaja dipilih untuk membungkus kerangka fiber layang-layang. Kain jenis ini diklaim lebih kuat, namun ringan dan tahan air. Sementara kepala layang-layang berbentuk naga dibuat dengan rangka bambu yang dibungkus kain WP dan spons.

Dasar pemilihan bentuk naga, menurut Ahmad karena memang dasar ia yang menyukai hewan naga. Tapi ia pun tak keberatan ketika bentuk naga ini dikaitkan dengan perayaan Hari Raya Imlek beberapa waktu lalu. Yang jelas, layang-layang ini sebenarnya disiapkan untuk event Juli mendatang.
Nama yang dipilih adalah Naga Kresna, yang berarti naga yang telah ditaklukkan oleh tokoh wayang Kresna. Selain layang-layang naga bernama Naga Kresna ini, Ahmad kini sedang membuat layang-layang juga jenis naga namun dengan kepala yang lebih mewah bernama Naga Raja.
Tak hanya sekedar benda yang bisa terbang, Ahmad memaknai layang-layang sebagai simbol kehidupan. "Seperti hidup, ketika kita sudah nyaman di atas harus selalu menjaga keseimbangan supaya tidak jatuh oleh cobaan hidup, seperti layang-layang yang diterpa angin," katanya.
Herdjuno, salah satu Penggagas Persatuan Pekarya Layang-Layang Indonesia (Perkalin) mengatan layang-layang naga yang diterbangkan Ahmad adalah bentuk respon Perkalin atas keinginan panitia JAS melibatkan layang-layang dalam event kedirgantaraan ini.
Herdjuno punya harapan besar, bahwa dari banyaknya layang-layang yang terbang di langit Depok saat event JAS ini semakin membuat pengunjung kembali mencintai layang-layang. "Tak kenal maka tak sayang, kita ingin mengenalkan sedekat mungkin layang-layang dengan masyarakat," katanya.
Sejauh ini, menurut Herdjuno pihak Pemkab Bantul mulai menunjukkan keseriusannya terhadap layang-layang sebagai salah satu tren olahraga yang berbasis warisan budaya tradisional. Ia berharap, landasan khusus layang-layang yang dijanjikan bupati segera terealisasi. (TRIBUNjogja.com | Susilo Wahid)