Sering Salah Kaprah, Klenteng dan Vihara Itu Tidak Sama Lho, Ini Penjelasan Perbedaannya
Perbedaan ini tampak dari umat yang menggunakannya hingga tata cara peribadatannya.
Walaupun berbeda aliran, di Vihara biasanya terdapat satu ruang kebaktian yang bisa digunakan oleh kedua aliran secara bergantian.
Di Vihara juga biasanya umat beribadah dengan cara berjemaat bersama bhikkhu atau dhammadutta, bersifat kebaktian, serta ada jam tertentu.
Sedangkan di Kelenteng, umat bisa beribadah secara individual, pasang dupa sendiri, serta tata cara beribadahnya pun ada alurnya. Dari satu dewa ke dewa lain.
Perbedaan Kelenteng dan Vihara ini sempat menjadi rancu setelah peristiwa G30S/PKI pada 1965.
Imbas peristiwa ini yakni pelarangan segala sesuatu yang mengandung budaya Tionghoa pada masa Orde Baru.
Pada masa ini, umat Tri Dharma menghadapi 'paksaan halus' untuk memeluk satu di antara lima agama yang ada di Indonesia.
Kelenteng yang ada pada masa itu pun terancam ditutup secara paksa oleh Pemerintah.
Sehingga banyak di antara mereka yang akhirnya mengaku sebagai Buddhist atau beragama Buddha.
Banyak pula Kelenteng mengadopsi nama dari bahasa Sanksekerta atau bahasa Pali yang mengubahnya menjadi Vihara.
Hal tersebut demi kelangsungan peribadatan umat dan kepemilikan karena bisa mencatatkan surat izin dalam naungan agama Buddha.
Sejak saat itulah muncul kerancuan dalam definisi serta fungsi Kelenteng dan Vihara. (*/tribun jabar)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jogja/foto/bank/originals/tong-jiu_1609_20160916_101034.jpg)