Kisah Ayah dan Anak di Bantul Menantang Maut Demi Masa Depan
Aliran inilah yang meluluhlantakan satu rumah warga, merusak beberapa rumah dan merendam puluhan rumah lainnya saat banjir November.
Penulis: Susilo Wahid Nugroho | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Nyaris tidak ada raut muka takut atau khawatir ketika anak-anak Kedungjati, Selopamioro menyeberang Sungai Oya yang membatasi desa mereka dengan Desa Sriharjo.
Yang ada, adalah ekspresi muka bahagia berisi penuh harap karena teman-teman sekolah mereka sudah menunggu.
Menaiki ban karet yang sudah dimodif dengan ditambah ember plastik di tengahnya, anak-anak Kedungjati menyeberang Sungai Oya.
Biasanya ada orang dewasa atau sang ayah yang mendorong ban sembari berenang.
Si anak dan pendorong ban sama-sama menantang bahaya.
Ini karena Sungai Oya yang mengalir di daerah Selopamioro terkenal dengan arus kuat.
Dari daratan terlihat tenang, tapi kedalaman bisa sampai lima meter.
Aliran inilah yang meluluhlantakan satu rumah warga, merusak beberapa rumah dan merendam puluhan rumah lainnya saat banjir November.
Baca: Salut, Ayah dan Anak Ini Menantang Arus Kali Oya Demi Bisa Sekolah!
Tapi di mata anak-anak Kedungjati, Sungai Oya nampak seperti aliran air yang tak tak ubahnya jadi tempat mereka bermain.
Kini, Sungai Oya jadi jalur mereka untuk menuju ke sekolah, SD Kedungmiri pasca jembatan gantung warna kuning di Selopamioro rusak diterjang banjir.
Mau bagaimana lagi, menyeberang Sungai Oya adalah satu-satunya cara untuk anak-anak Kedungjati bisa bersekolah.
Melewati jalan aspal bisa saja, tapi akan sangat jauh bisa lebih dari 3 kilometer karena memutar desa.
Sementara dengan melewati sungai akan jauh lebih cepat.
"Yang penting bisa cepat sampai ke sekolah, tidak takut, ada bapak kalau sedang menyeberang," kata salah satu anak yang biasa menyeberang demi bisa bersekolah di SD Kedungmiri, Devan Andreas Saputra. Selain Devan, ada empat anak Kedungjati lain juga biasa menyeberang.
Baca: Mahasiswi Dibuang di Kali Opak Bantul. Pelaku Saya Belum Siap Tanggung Jawab
Tentu saja, begitu besarnya keinginan anak-anak Kedungjati menyeberang Sungai Oya demi mereka bisa tetap belajar ke sekolah.
"Mau bagaimana lagi, yang penting anak saya bisa sekolah, lihat kondisi juga kalau arusnya sangat deras tidak menyeberang, memutar saja," kata ayah Devan, Kastopo.
Lurah Desa Selopamioro, Himawan mengatakan, soal anak-anak Kedungjati yang menyeberang sungai demi bisa bersekolah ini sudah diketahui pihak terkait.
Seperti Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul.
BPBD bahkan sudah memberikan bantuan ban karet.
"Saya dengar akan ada bantuan perahu karet, yang biasa untuk evakuasi, jembatan gantung juga kabarnya mau dibangun lagi, tapi saya tidak tahu kapan kepastiannya, sepertinya tahun ini sudah bisa dibangun dan dipakai untuk menyeberang warga seperti sebelumnya," kata Himawan.
Baca: Kali Oya Meluap, Begini Dampaknya
Himawan sebagai pihak perangkat desa mengaku khawatir ketika melihat anak-anak menyeberang Sungai Oya memakai ban.
Sempat ada wacana, untuk menitipkan lima anak SD di Kedungjati untuk bersekolah di SD Lemahrubuh yang lokasinya lebih dekat tanpa menyeberang sungai.
Namun sepertinya, anak-anak enggan pindah sekolah karena mereka sudah nyaman bersekolah di sekolah yang lama.
"Mungkin karena sudah nyaman dengan teman-teman lamanya di SD Kedungmiri, kita tidak memaksa anak-anak untuk pindah karena berpengaruh ke psikologis mereka," kata Himawan. (TRIBUNJOGJA.COM)
