Dishub Bantul Ambil Alih Peruntukkan Kios di Terminal Imogiri

Ini dilakukan sebagai bagian dari proyek jangka panjang Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantul menghidupkan Terminal Imogiri.

Penulis: Susilo Wahid Nugroho | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM / Susilo Wahid
Lokasi Terminal Imogiri, Bantul rencananya akan difungsikan. Sayang proses aktifasi diperkirakan baru bisa dilakukan 2019. Foto diambil Rabu (17/1/2018) 

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Dinas Perhubungan (Dishub) Bantul memulai proses ambil alih peruntukkan kios di lokasi Terminal Imogiri, Bantul.

Ini dilakukan sebagai bagian dari proyek jangka panjang Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantul menghidupkan Terminal Imogiri.

"Ada limpahan kios di lokasi terminal, jika dulu peruntukkannya Dinas Perdagangan sekarang ke Dinas Perhubungan demi menunjang keberadaan terminal, saat ini sedang tahap pendataan," kata Kepala Bidang Angkutan Umum Dishub Bantul, Agus Yuli, Rabu (17/1/2018).

Guna menunjang keberadaan terminal ini, Dishub akan menyediakan fasilitas dari yang sifatnya utama seperti jalur keberangkatan dan kedatangan, kantor terminal, ruang tunggu penumpang sampai tempat parkir dan fasilitas penunjang seperti rumah makan, kios, toko kelontong sampai bengkel.

Sayangnya, bisa dipastikan penyediaan fasilitas utama dan penunjang tersebut tidak bisa dilakukan tahun ini. "Kalau tahun ini belum bisa karena kami belum ada anggaran untuk pengadaan fasilitas terminal, kemungkinan 2019, jadi sekarang baru sebatas pendataan," kata Agus.

Baca: Terdesak Ekonomi, Pemuda Ini Curi Ponsel Penumpang Bus di Terminal Giwangan

Proses pendataan ini nantinya akan dijadikan patokan untuk penghitungan kebutuhan guna pengadaan fasilitas terminal yang dimaksud.

Oleh karenanya, nominal kebutuhan dana untuk pengadaan terminal ini belum bisa dihitung menunggu proses pendataan tuntas.

Wacana yang dimunculkan Dishub, selain sebagai terminal, lokasi juga akan menjadi shelter untuk kendaraan wisatawan yang menuju spot wisata di Dlingo dan Mangunan.

Proyeksi sementara, bus besar kapasitas 50 tidak diperbolehkan naik ke atas melainkan berada di shelter.

Sama seperti terminal, Dishub juga belum bisa memproses lokasi agar bisa dijadikan shelter pada tahun 2018 ini. Kondisi lokasi yang masih berupa tanah dianggap belum siap untuk bus wisata singgah.

Dishub khawatir bus justru terjebak tanah lunak di lokasi apalagi saat musim penghujan.

Baca: Gadis Cantik Asal Bantul Ini Menghilang Seusai Lakukan Panggilan Video dengan Seorang Pria

Diperkirakan lokasi terminal seluas sekitar 1,8 hektar tersebut akan mampu menampung sampai 50 lebih bus besar.

"Untuk posisinya, rencana terminal ada di sisi utara, sementara shelter di bagian selatan, yang jelas masih dalam satu kompleks yang sama," kata Agus.

Saat dikonfirmasi beberapa orang yang memanfaatkan kios di Terminal Imogiri untuk berjualan makanan mengaku telah mendengar perihal pengaktifam terminal.

"Kemarin sudah ada petugas yang datang mendata nama, KTP dan menanyai kami sudah berapa lama di sini," kata Yani.

Yani mengaku sudah lebih dari tiga tahun berjualan di lokasi.

Di sana, ia mengeluarkan kocek Rp 5 juta untuk kontrak kios pertahun kepada salah satu warga sekitar pasar bernama Jiman.

Konon, Jiman inilah penyewa kios sebelumnya yang kemudian menyewakan kios kepada Yani.

Baca: Memilukan, Wanita Tua Sebatang Kara ini Meninggal di Kios Sempit di Pasar Burung Kota Magelang

Yani merupakan salah satu warga yang memakai bangunan kios di lokasi terminal untuk berjualan.

Ia membuka warung mie ayam, bakso dan nasi rames.

Sejauh ini, ia setuju jika lokasi dibangun terminal.

Asalkan, ia bisa tetap berjualan di lokasi seandainya terminal jadi.

"Yang penting kami tidak diusir dari sini kalau terminal jadi, kami tidak masalah menyewa kios asalkan jumlahnya wajar dan tidak berlebihan untuk kalangan pedagang kecil seperti saya, kalau sampai kami diusir berarti pemerintah kurang memperhatian kami yang sudah lama di sini," katanya.

Senada, Yanto pemilik warung bakmie jawa di lokasi terminal mendukung upaya pemerintah mengaktifkan fasilitas terminal.

"Kalau saya pasrah saja karena juga cuma kontrak di sini, kalau bisa kami tetap diperbolehkan berjualan karena nanti akan makin banyak pembeli," kata Yanto. (TRIBUNJOGJA.COM)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved