Soal Bandara, Sekda DIY : Hargai Waga yang Sudah Berkorban dan Bersedia Pindah
Rumah yang dirobohkan adalah yang sudah dikosongkan oleh pemiliknya, bahkan yang sudah milik Angkasa Pura namun masih ditempati tidak dirobohkan.
Penulis: dnh | Editor: Gaya Lufityanti
"Kedua terus kok ujug-ujug menolak bandara, artinya wong pekerjaan cukup besar kita membebaskan banyak ratusan warga, mbok tolong dihargai warga yang sudah berkorban mau pindah," katanya.
Terkait dengan land clearing menurutnya apa yang dilakukan sudah dengan upaya yang persuasif.
Sama yang dikatakan Sujiastono, rumah yang dirobohkan adalah yang sudah dikosongkan oleh pemiliknya, bahkan yang sudah milik Angkasa Pura namun masih ditempati tidak dirobohkan.
"Itu kan suatu hal yang persuasif, bagus sekali. Ini coba yang kami luruskan, bahwa sebetulnya proses yang sudah dilakukan melalui proses panjang dan mengedepankan dialog," kata Gatot.
Terkait dengan upaya peran Pemda DIY sendiri, menurut Gatot yang akan dikedepankan adalah dialog.
"Ya dialog, artinya memberikan pengertian, posisi kita kan posisi wilayah, artinya yang berhubungan langsung teman-teman di Angkasa Pura mestinya pendekatan itu yang dilakukan," katanya.
"Intinya bahasanya bukan pokoke lah kalau pokoe tidak ada solusi, sudah kaya gini kok berpikir menolak bandara, tsunami, kalau mau ada solusi ya membantu bagaimana apa proses ini bisa berjalan lancar," katanya.(*)