Sultan Awali Rayahan Gunungan Bromo
Gunungan yang hanya dihadirkan setiap delapan tahun sekali ini memiliki tinggi kurang lebih sekitar dua meter.
Penulis: Yudha Kristiawan | Editor: Ari Nugroho
"Gunungan Bromo khusus dikeluarkan setiap tahun Dal saja. Kalau yang gunungan untuk masyarakat isinya ada makanan seperti wajik, kalau ini ada baranya (kemenyan). Prinsipnya manunggaling kawula Gusti, sedekah raja untuk semua," terang GKR Hayu.
Baca: GKR Hayu Berharap Garebek Maulud untuk Kebaikan Bersama
Melalui peringatan Maulud yang bertepatan dengan tahun Dal ini, GKR Hayu berharap wujud rasa syukur ini memberikan kebaikan untuk semua, baik untuk masyarakat dan kerabat keraton.
Sementara itu, Wilopo Darwanto, abdi dalem yang bertugas di perpustakaan Banjar Wilopo,yakni perpustakaan milik keraton juga berharap, melalui tradisi ini bisa melestarikan budaya sekaligus sebagai bentuk rasa syukur dari seorang hamba kepada penciptanya.
"Tradisi ini merupakan doa agar keselamatan selalu menyertai kami semua," ujar pria yang sudah satu dekade menjadi petugas di perpustakaan milik keraton ini.
Rangkaian acara tradisi Garebek Maulud ini selain rayahan Gunungan juga dilakukan prosesi mbusanani pusaka yakni mengganti kain yang dipakai untuk menutup pusaka-pusaka milik Keraton, seperti Tombak Kanjeng Kiai Pleret dan Kanjeng Kiai Megatruh.
Sebelum digelar rayahan Gunungan Bromo, ada prosesi pisowanan di Bangsal Kencana, yakni Raja menerima Pisowanan dari para kerabat, sentana dan para abdi dalem.
Pada prosesi ini, Raja akan mengepal nasi yang di ambil dari pusaka Kanjeng Nyai Mrica dan akam dibagikan pada kerabat yang ikut pisowanan.
Baca: Amankan Prosesi Garebek Maulud, Polisi Terjunkan Ratusan Personil
Lantunan tembang dari perangkat gamelan mengiringi prosesi tradisi Garebek Maulud yang digelar di dalam Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Tiga perangkat gamelan dimainkan secara bergantian di Plataran Kedhaton Keraton.
Ketiga gamelan yang dimainkan dalam acara acara penting di Keraton ini bernama Guntur Laut (Monggang), Kanjeng Kiai Surak, dan Kanjeng Kiai Kancil Belik.
Sementara para abdi dalem kerabat lainnya sudah menunggu di bangsal Kotak.
Prosesi pesowanan yang mengawali tradisi Garebek Maulud terlebih dahulu digelar.
Sri Sultan Hamengku Buwono X yang hadir duduk di Bangsal Kencana.