Perlintasan Janti Ditutup
Warga Tetap Menolak Perlintasan Kereta Api Sebidang di Janti Ditutup
Selain berdampak pada aspek sosio ekonomi, penutupan tersebut justru dirasa membahayakan warga
Penulis: app | Editor: Ari Nugroho
Laporan Reporter Tribun Jogja, Arfiansyah Panji Purnandaru
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) RI menggelar dialog dengan warga di sekitar perlintasan rel kereta api sebidang di Janti.
Berlangsung di kantor Dinas Perhubungan (Dishub) DIY acara tersebut diikuti oleh Direktur Keselamatan Perkeretaapian Dirjen Perkeretaapian Kemenhub Edi Nursalam, Kepala Dishub DIY Sigit Sapto Raharjo, warga Caturtunggal dan Banguntapan, Kepolisian, serta perwakilan PT KAI, Jumat (17/11/2017).
Dalam dialog tersebut, warga menyatakan rasa keberatannya jika perlintasan sebidang di bawah fly over Janti harus ditutup.
Selain berdampak pada aspek sosio ekonomi, penutupan tersebut justru dirasa membahayakan warga karena masih banyak warga yang tetap menyeberang melewati jalan tersebut.
Kusmono, Kepala Seksi Kesejahteraan Desa Caturtunggal menjelaskan pasca penutupan perlintasan kereta api sebidang di Janti satu warganya tewas tersambar kereta api.
Warga tersebut kebingungan saat menyebrang hingga akhirnya harus meregang nyawa.
"Kecelakaan tidak pernah terjadi di Janti, setelah penutupan justru warga desa Caturtunggal yang hendak jalan pulang, tidak tahu justru tahu-tahu tertabarak. Ini baru terjadi setelah penutupan," terangnya.
"Ketika sosialisasi bilangnya untuk keamanan rel kereta api tetapi ini justru tidak aman," tegasnya.
Kusmono menjelaskan penutupan tersebut juga berimbas pada kerusakan jalan di sekitar rel lantaran menjadi jalan alternatif kendaraan.
"Yang ke sebelah barat ada perlintasan di Pondok dan Gowok. Sekarang begitu padatnya pada pagi dan sore hari, justru menjadi semakin rawan. Disamping jalannya sempit kendaraan rawan sekali," tuturnya.
"Wilayah Janti sendiri depannya pak Sarjono itu juga sering lewat truk dan bis berpapasan bergeser kesisi selatan talud jalan. Lama-lama tinggal menunggu saat untuk ambrol. Ini tanggung jawab siapa?" Kusmono bertanya.
Sementara, dampak sosial yang telah terjadi salah satunya adalah mulai berkurangnya jamaah masjid yang berada di utara rel.
Hal tersebut lantaran, warga yang berada di selatan rel kesulitan akses menuju masjid.
"Ada kekhawatiran di utara rel ada masjid, itu jamaahnya dari selatan rel. Sebagian beaar menyebrang ke utara. Kalau tidak ada perlintasaanya gimana? Setelah ada penutupan sebidang yang mau imami saja tidak bisa datang ke sana," pungkasnya.