EDP Sebarkan Ratusan Perangkat Nyamuk Wolbachia

Tim Eliminate Dengeu Project (EDP) menyebarkan 5000 ember yang berisi nyamuk berwolbachia di 430 titik di 12 wilayah di kota Yogyakarta.

Editor: Gaya Lufityanti
istimewa
Setelah sebagian besar Aedes aegypti mengandung Wolbachia, staff EDP Yogya menjelaskan penarikan ember berisi telur nyamuk tersebut di wilayah Kelurahan Terban, beberapa waktu lalu. 

TRIBUNJOGJA.COM - Sejak pertengahan tahun lalu tim Eliminate Dengeu Project (EDP) menyebarkan 5000 ember yang berisi nyamuk berwolbachia di 430 titik di 12 wilayah di kota Yogyakarta.

“Kami juga menyebarkan 430 perangkat nyamuk untuk mengetahui presentase jumlah nyamuk yang sudah mengandung wolbachia,” kata Peneliti EDP UGM, dr Riris Andono Ahmad MPH, PhD beberapa waktu lalu.

Menurut Doni, demikian ia akrab disapa, perangkat nyamuk tersebut akan mengumpulkan nyamuk dalam jumlah besar.

Setiap minggunya, nyamuk yang terperangkap dalam sebuah tabung akan diambil oleh tim peneliti untuk sampel pengujian nyamuk yang sudah mengandung wolbachia.

“Untuk wilayah Tegalrejo dan Wirobrajan hingga saat ini jumlah nyamuk berwolbachia cukup tinggi dan stabil, sekitar 90an persen dari total seluruh nyamuk di sana sudah mengandung wolbachia,” kata Doni.

Meski demikian, Doni mengatakan pihaknya juga menempatkan 18 relawan yang ditempatkan di 18 Puskesmas untuk mendata pasien yang kemungkinan terserang penyakit DBD.

Data tersebut menurut Doni sangat berpengaruh dalam penelitian nyamuk berwolbachia.

Pengalaman yang mereka dapatkan sebelumnya di wilayah Sleman dua tahun lalu menunjukkan bahwa pasien yang terkena DBD umumnya terjangkit dari wilayah lain yang belum disebar nyamuk wolbachia.

“Hipotesis kita, kalau pun ada kasus, sebagian besar kasus itu datang dari wilayah yang belum ada nyamuk wolbachia,” ujarnya.

Sekedar informasi, pelaksanaan riset nyamuk wolbachia ini sudah bertambah menjadi sepuluh negara dari sebelumnya hanya lima negara.

Kesepuluh negara tersebut di antaranya India, Australia, Brasil, Kolombia, Vietnam, Srilanka, kepulauan Fiji dan beberapa negara di kepulauan Pasifik.

Namun begitu perkembangan penelitian di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup pesat dibanding yang lain karena adanya dukungan pemerintah daerah dan tingkat penerimaan dari masyarakat yang cukup besar terhadap pelaksanaan riset ini. (*)

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved