Seperti Ini Potret Sosok Pemuda Bali Tahun 1920-an Saat Diikrarkan Sumpah Pemuda
Ia menggunakan pakaian yang menutupi dari dada hingga mata kaki. Kain tersebut tampak seperti sebuah jarik.
Penulis: Hanin Fitria | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM - Hari ini seluruh penjuru Tanah Air memperingati hari Sumpah Pemuda, Sabtu (28/10/2017).
Mulai dari Sabang hingga Merauke tentu semua merayakannya.
Tidak terkecuali Bali, sebuah pulau yang memiliki luas 5,780 km² ini juga memperingati hari Sumpah Pemuda dengan cara yang berbeda.
DIlansir tribujogjacom melalui akun facebook Sejarah Bali mengunggah sebuah foto yang berlatar waktu tahun 1920.
Dalam unggahan tersebut tampak foto seorang laki-laki muda yang tengah berpose dengan gagah.
Ia menggunakan pakaian yang menutupi dari dada hingga mata kaki. Kain tersebut tampak seperti sebuah jarik.
Pemuda tersebut juga mengenakan penutup kepala. Pada foto kiri pemuda tersebut berpose dengan bebas dan pada foto kanan pemuda itu berpose disamping pohon.
Foto tersebut diunggah hari ini pukul 05.53 WIB dan hingga kini sudah dibagikan sebanyak 20 kali.
Pada unggahan tersebut diberikan caption yang meceritakan bagaimana sejarah Bali yang turut serta membantu perjuangan Indonesia.
Seperti ini sosok pemuda Bali saat diikrarkannya sumpah pemuda.
Sumpah Pemuda merupakan sumpah setia hasil rumusan Kongres Pemuda II, dibacakan pada 28 Oktober 1928. Tanggal ini kemudian diperingati sebagai ”Hari Sumpah Pemuda”.
Tokoh-tokoh Sumpah Pemuda Moehammad Yamin, Mr. Sunario, Soegondo. Pesertanya: Jong Java, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Batak, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, PPPI, Pemuda Kaum Betawi.
Pada peristiwa penting ini orang Bali tidak hadir. Lalu dimanakah sumbangan Bali dalam kebangkitan nasional? Apakah orang Hindu/Bali hanya sekedar penumpang gratis yg menikmati kemerdekaan Indonesia, tanpa pengorbanan yg berarti?
Ini tentu saja tidak benar. Jauh sebelum itu Bali telah melakukan perlawanan terhadap Belanda dlm perang sebanyak delapan kali, yaitu. Perang Buleleng (1846); Perang Jagaraga I (1848); Perang Jagaraga II (1849); Perang Kusamba (1849); Perang Banjar (1868); Puputan Badung (1906); Puputan Klungkung (1908) dan Puputan Margarana pada 20 November 1946.