Animars Ajak Anak-anak Belajar melalui Animasi
Dalam memasarkan produknya ini, dulu pihaknya memilih dengan jalur offline seperti mendatangi satu-satu sekolah di Yogyakarta.
Laporan Reporter Tribun Jogja, Pradito Rida Pertana
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Ditengah banyaknya stand yang mengikuti gelaran Jogja Digital Marketer Summit Expo (JDMSE) 2017, terdapat satu stand yang menawarkan suatu produk berupa film animasi mengenai pembelajaran baca, tulis, hitung, dan warna bagi anak-anak Taman Kanak-kanak (TK) dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Satu film animasi yang berisi pembelajaran ini diklaim sebagai yang pertama di Indonesia.
Adalah Animars Studio, sebuah studio yang bergerak di jasa pembuatan film, animasi interaktif, games, ilustrasi, dan komik inilah yang membuat sebuah film animasi interaktif untuk anak-anak bernama Nadasi.
Rifan Binar Nusantara (30), Marketing Manager Animars Studio menjelaskan, pihaknya membuat sebuah film animasi interaktif ini guna menjawab polemik terkait kurikulum 2013.
Dimana dalam kurikulum tersebut setiap siswa diwajibkan sudah fasih untuk membaca dan menulis.
Film yang dibuat pihaknya ini membantu anak-anak untuk dapat memahami beberapa hal selain membaca dan menulis.
"Sekarang ini semua sekolah SD sudah pakai kurikulum 2013, dimana anak yang masuk SD harus bisa membaca. Untuk itu kami membuat film animasi ini guna memudahkan anak di usia 4-7 tahun untuk baca, tulis, hitung, mengenal warna, benda, rasa, dan fungsi," katanya saat ditemui di JDMSE 2017. Kamis (21/9/2017).
Lanjut pria berkulit putih ini, film animasi tersebut dikemas secara menarik dan interaktif, sehingga membuat anak-anak dapat lebih memahaminya.
Menurutnya, film berdurasi 45 menit ini telah dibuat sejak beberapa tahun lalu, dan saat ini telah dipakai oleh beberapa sekolah PAUD dan TK di Yogyakarta dan sekitarnya.
"Nadasi ini selain berisi animasi interaktif, diisi pula dengan nada dari seorang dubber sehingga membuat anak-anak tertarik. Selain itu, cerita di dalamnya juga sangat menarik. Film ini dibuat memggunakan software flash, untuk ilustrasinya dibuat dengan program sai. Nadasi ini dibuat antara tahun 2015," jelasnya.
Dalam memasarkan produknya ini, dulu pihaknya memilih dengan jalur offline seperti mendatangi satu-satu sekolah di Yogyakarta.
Namun, karena sekarang sudah banyak sekolah yang menggunakan Nadasi sebagai salah satu media pembelajaran, pihaknya lebih menggiatkan penjualan melalui online.
Baca: Puluhan Siswa SD Belajar Soal Tenaga Listrik Melalui Video Animasi di PLN Area Yogyakarta
"Untuk memasarkan Nadasi ini, kami lebih menyasar ke sekolah-sekolah dan mempresentasikannya. Sekarang hampir semua PAUD dan TK di Jogja memakai produk buatan Jogja ini untuk pembelajaran muridnya. Untuk wilayah Jateng sudah di sampai Pati. Sekarang kami lebih le online untuk penjualannya karena pasarnya lebih luas" ujarnya.