Sepekan Ini Terjadi 37 Kali Gempa Guguran di Merapi, Begini Kondisinya Seminggu Terakhir
Saat ini, kondisi morfologi Merapi belum menunjukkan adanya perubahan yang signifikan
Penulis: say | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM - Aktivitas Gunung Merapi yang berada di perbatasan antara DIY dan Jawa Tengah dalam waktu sepekan terakhir, Jumat (18/8/2017) hingga Kamis (24/8/2017), masih dalam kategori normal.
Kesimpulan ini diperoleh dari pengamatan visual dan instrumental yang dilakukan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG).
Berdasarkan rilis yang diterima Tribun Jogja dari BPPTKG, Jumat (25/8/2017) diketahui, secara visual cuaca Merapi cerah pada pagi dan malam hari. Sedangkan siang dan sore mendung serta berkabut.
Minggu (20/8/2017), terpantau asap putih dan tebal dengan tekanan gas lemah, tinggi maksimum 50 meter yang condong ke barat, teramati dari Pos Pengamatan Jrakah.
Saat ini, kondisi morfologi Merapi belum menunjukkan adanya perubahan yang signifikan
Dilihat dari aktivitas kegempaan, sepekan ini tercatat 6 kali gempa vulkanik, 8 kali gempa multiphase, 37 kali gempa guguran (RF) dan 12 kali gempa tektonik (TT).
Lalu berdasarkan data tiltmeter yang diperoleh dari Stasiun Selokopo Atas masih fluktuatif dalam batas toleransi alat, yakni sumbu U–S sebesar -23,03 µrad.
Pengukuran EDM menghasilkan nilai jarak tunjam rata-rata untuk RK2 (sektor selatan) sebesar 6506,94 m, serta data pemantauan baseline GPS Stasiun Selo sampai Pasarbubar menunjukkan jarak sebesar 4259,20 m.
Deformasi Gunung Merapi yang dipantau secara instrumental dengan menggunakan tiltmeter, EDM dan GPS tidak menunjukkan perubahan yang signifikan.
Sepekan ini, tidak terjadi hujan di pos pengamatan Merapi dan tak terjadi lahar maupun penambahan aliran di sungai-sungai yang berhulu di gunung tersebut.
Berdasarkan hasil pengamatan itu, Gunung Merapi dinyatakan dalam aktivitas normal. Meskipun demikian, kegiatan pendakian hanya disarankan sampai Pasarbubar, kecuali untuk kepentingan penyelidikan dan penelitian yang berkaitan dengan upaya mitigasi bencana.
Ini karena kondisi morfologi puncak Merapi yang masih rawan longsor. Bila terjadi perubahan aktivitas, BPPTKG akan segera meninjau kembali status gunung tersebut. (*)