Situs Medang, Saksi Kemajuan Peradaban Kuno di Bekas Laut Dangkal yang Berubah Jadi Daratan

konon dahulu wilayah Desa Banjarejo merupakan lokasi peradaban Kerajaan Medang Kamulan.

Editor: Mona Kriesdinar

1. Peradaban kuno yang maju

Fenomena di Desa Banjarejo ini menarik perhatian para peneliti. Sebut saja Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran dan Balai Arkeologi Yogyakarta. Bahkan, pada akhir 2016, Guru Besar dan Arkeolog Museum National d'Histoire Naturelle Prancis, Profesor Francois sempat berkunjung ke Desa Banjarejo. Ia mengutarakan niatnya akan menggelar penelitian di Desa Banjarejo.

Balai Arkeologi Yogyakarta akhirnya menamai lokasi penemuan fondasi bangunan dengan struktur batu bata berukuran besar itu sebagai "Situs Medang".

Sebagai kawasan cagar budaya yang secara hukum dilindungi oleh UU Nomor 11 Tahun 2010. Hasil penelitiannya, Balai Arkeologi Yogyakarta menduga bahwa dahulunya area persawahan di lokasi temuan bangunan berkonstruksi batu bata berukuran besar di Desa Banjarejo, merupakan bekas permukiman kuno yang kompleks, padat, dan maju.

Peneliti Madya Balai Arkeologi Yogyakarta, Sugeng Riyanto, menjelaskan, struktur batu bata yang berukuran besar (40 x 20 x 9 cm) di situs Medang mengindikasikan bahwa struktur bata itu merupakan produk peradaban kuno yang sangat maju.

Kondisi ini, kata Sugeng, mengingatkan pada masa kejayaan masa klasik (Hindu - Budha) atau masa awal perkembangan peradaban Islam, khususnya di Jawa.

Masa Hindu-Budha berlangsung sekitar 12 abad (abad V - XV) yang terbagi menjadi tiga bagian, yaitu periode pertumbuhan, perkembangan, dan keruntuhan. Masa selanjutnya, Nusantara didominasi oleh peradaban Islam, mulai sekitar abad XVI.

"Struktur batu bata jelas merupakan karya arsitektur yang maju. Teknik pemasangan batanya menggunakan spesi tanah liat. Teknik ini sangat jarang ditemui pada masa klasik, dan banyak digunakan pada masa-masa sesudahnya. Berdasarkan hal itu maka diduga struktur bata berasal dari masa pascaklasik atau awal masa peradaban Islam sekitar abad XVI-XVII Masehi, " jelas Sugeng.

Diutarakan Sugeng, kisaran kronologi abad XVI - XVII Masehi ini juga didukung oleh temuan fragmen-fragmen keramik hasil peninjauan pada 2014. Hasil analisis atas pecahan-pecahan keramik yang berasal dari China tersebut menunjukkan dominasi dari Dinasti Ming pada abad XV - XVII Masehi.

Selain itu, sebagai pendukung kronologi, temuan pecahan-pecahan keramik, dan tembikar juga menunjukkan adanya hunian atau permukiman kuno yang kompleks. Bahkan mengindikasikan adanya hubungan dengan wilayah-wilayah lain, termasuk hubungan perdagangan.

"Berkaitan dengan hal itu, maka keberadaan sungai di utara penemuan struktur bata menjadi data lingkungan yang sangat penting. Selain sebagai sumber air untuk mendukung kelangsungan permukiman kuno, sungai ini juga berperan sebagai pintu pertama dalam jaringan jalur transportasi masa itu," kata Sugeng.

Masih menurut Sugeng, ada indikasi adanya kesinambungan peradaban dari masa klasik (Hindu-Budha) hingga masa peradaban Islam. Indikasi peradaban masa klasik ditandai oleh temuan yoni, lumpang, gandik, dan pipisan, uang keping China, serta beberapa pecahan keramik dari China masa Dinasti Sung abad XI - XII Masehi.

Adapun indikasi masa peradaban Islam, selain struktur bata adalah pecahan-pecahan keramik dari China masa Dinasti Ming abad XV - XVII Masehi dan Qing abad XVII-XX Masehi serta indikasi lain yang berkarakter masa peradaban Islam.

"Penemuan fondasi bangunan itu terpaksa kami uruk kembali untuk menghindari kerusakan. Apalagi belum ada anggaran untuk melanjutkan penggalian," kata Kades Banjarejo.

Sumber: Kompas.com
Halaman
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved