Cerita di Balik Mobil Gowes yang Sering Mondar-mandir di Alun-alun Kidul Yogya

Seiring berjalan, ternyata mobil gowes ini malah mendapat sambutan hangat dari masyarakat, bahkan Fery sering mendapatkan orderan dari luar negeri.

Penulis: trs | Editor: oda
tribunjogja/tris jumali
Fery Prasetyawan di bengkelnya yang bernama MAX Auto Concept, jalan Ring Road Utara RT 02 RW 55, Gandok, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta, Rabu (12/4/2017). 

"Untuk harga mobil gowes harganya bervariasi sesuai dengan pesanan, kira-kira sekitar belasan juta," ucapnya.

Fery Prasetyawan di bengkelnya yang bernama MAX Auto Concept, jalan Ring Road Utara RT 02 RW 55, Gandok, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta, Rabu (12/4/2017).
Fery Prasetyawan di bengkelnya yang bernama MAX Auto Concept, jalan Ring Road Utara RT 02 RW 55, Gandok, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta, Rabu (12/4/2017). (tribunjogja/tris jumali)

Ia mengatakan mobil gowes merupakan sebuah konsep dalam mencari ide fresh untuk menemukan peluang dengan mengeluarkan konsep yang bisa diterima oleh masyarakat.

"Sebenarnya odong-odong inikan ide yang kecil dan spele untuk kepentingan seperti wisata, olahraga, dll. Kebetulan juga pemerintah sekarang lagi mencanangkan industri kreatif, sehingga ide ini bisa masuk," ucap Fery.

Ia mengatakan peluang haruslah dicari dengan memperhatikan lingkungan sekitar dan kebutuhan yang ada. "Bahasa ekonominya bisnis oriented. Disuatu tempat ada kebutuhan, kita mencari pengadaan, hal itu semacam melihat peluang," lanjutnya.

Mobil gowes atau odong-odong?, Fery tak pernah mempermasalahkan penyebutan itu, menurutnya karena memang target pasar yang dituju oleh Fery adalah menengah kebawah, sehingga panggilan nama odong-odong menurutnya terkesan lebih ringan dan mudah diterima.

Ingin terus berkembang, Fery pernah berinisiatif untuk memberikan mesin pada mobil gowesnya itu, sehingga bisa di kayuh sekaligus juga bisa otomatis jalan sendiri.

Namun peminatnya malah sedikit, orang-orang masih suka dengan mobil gowes yang manual karena lebih Go-green.

Usahanya ini tak lepas dari kendala, Fery menuturkan memang banyak kendala yang harus dihadapi karena konsep usahanya yang terbilang baru dan melawan arus menurutnya.

Kendala yang dihadapi berupa kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM), bahan Baku, dan sosialisasi untuk pengenalan produknya.

"Namanya aja ngeluncurin konsep, jadi melawan arus, dan banyak kendala yang harus dihadapi, seperti penjual alat untuk membuat odong-odong kan gak ada, jadi kita harus membuat sendiri, dan mengajarkan SDM-nya sendiri, jadi benar-benar kerja keras," tandasnya.

Pembuatan bodi dan finising menurutnya adalah yang paling sulit, karena harus dikerjakan secara manual, dan hanya bisa dikerjakan oleh orang yang memiliki skill. "Istilahnya kerja seniman karena manual buakan pabrikan," ucap Fery.

Untuk modal bagi Fery relatif, dan susah ditentukan karena sebelum membuka usaha mobil gowes, Fery sudah memulai dengan membuka bengkel modifikasi mobil dari 1998. "Jadi gak dari nol banget," ucapnya.

Fery tetap berencana untuk mewujudkan mimpinya yang pertama, yaitu membuat mobil listrik. Ia mengatakan akan menguprgrade mobil gowesnya. " Harus mengikuti jaman, karena kalau enggak akan tergulung oleh zaman,"tutupnya. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved