Talud Code Longsor, Warga Terpaksa Mengungsi
Tumiyem adalah satu diantaranya sembilan Kepala Keluarga (KK) yang terpaksa harus mengungsi setiap malam di balai Rukun Warga (RW) setempat.
Penulis: Agung Ismiyanto | Editor: oda
Jumadi menjelaskan, sejak tahun 2000 dia sudah menempati bangunan rumah yang berada di dekat sungai Code tersebut.
Dia menceritakan, talud tersebut dibangun oleh program Tentara Manunggal Membangun Desa (TMMD). Sementara, sisanya dibangun oleh perorangan.
“Talud ini dibangun oleh seorang warga yang memiliki bangunan di atas. Kami kurang tahu apakah karena memang konstruksinya yang kurang kuat sehingga talud jebol. Atau memang karena kurangnya perawatan pada talud sehingga ambrol,” kata Jumadi.
Dia menjelaskan, talud tersebut sebelumnya ditumbuhi beberapa pepohonan dan juga rumput liar. Sehingga, diperkirakan akar dari pepohonan liar itu menyebabkan konstruksi talud jebol dan terjadilah longsor.
Jumadi berharap pemerintah kota setempat dan pihak terkait segera melakukan perbaikan pada talud jebol ini.
Perbaikan ini sangat mendesak dilakukan karena setiap harinya warga khawatir untuk beraktivitas di kawasan dekat talud longsor ini.
“Kami berharap segera diperbaiki agar kami merasa aman,” katanya.
Riyadi, warga yang juga terdampak langsung longsoran itu mengaku sudah mengungsi dan menginap di balai RW sejak Senin (7/3) malam.
Riyadi yang juga anggota Kampung Tangguh Bencana Terban itu sementara ini juga melakukan aktivitas di rumahnya jika siang hari.
“Dua anak saya saya ungsikan ke rumah saudara. Di balai RW, saya membawa barang seperlunya dan menunggu situasi kondusif,” kata Riyadi.
Sekretaris RT 02 Terban, Imam Hidayat mengatakan, warga sangat berharap bantuan materil. Termasuk, warga juga membutuhkan beberapa bantuan selama nantinya berada di pengungsian.
DIa berharap talud jebol itu segera diperbaiki dan nantinya warga bisa kembali beraktivitas dengan nyaman.
Waspada
Kepala BPBD Kota Yogyakarta, Agus Winarto meminta warga di daerah bantaran sungai harus waspada pada tanah longsor dan banjir.
Hal ini mengingat semua bantaran sungai di kawasan Kota Yogyakarta yang memiliki tebing cukup tinggi rawan pada longsor.