Ini Dugaan Polisi Terkait Motif Aksi Klithih yang Menewaskan Adnan

Dofiri mengimbau, bahwa jangan sampai teman atau orang terdekat para korban klitih melakukan aksi balasan.

Penulis: Kurniatul Hidayah | Editor: Muhammad Fatoni
tribunjogja/victor mahrizal
Ina Caramoy, tante korban penusukan Adnan Wirawan Ardiyanta (16), menunjukkan foto korban sebelum kejadian peristiwa penusukan terhadap siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta yang terjadi Selopamioro, Bantul, Senin (12/12/2016). 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Kurniatul Hidayah

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Berdasarkan hasil pemeriksaan sementara pihak kepolisian, motif dari para pelaku klitih yang dilakukan oleh sekelompok pelajar kepada pelajar SMA Muhammadiyah 1 (Muhi) adalah saling lirik atau karena beradu mata.

Pernyataan tersebut disampaikan Kapolda DIY, Brigjend Polisi Ahmad Dofiri, setelah menghadiri Sarasehan Persiapan Pengamanan Natal dan Tahun Baru, di Gedung DPRD DIY, Rabu (14/12/2016).

"Mereka lirik-lirikan di tengah jalan. Yang satu habis piknik, biasa saja ketemu di jalan kemudian melirik. Kemudian terjadi pengejaran. Hasil pemeriksaan sementara seperti itu," terangnya.

Terkait dugaan aksi yang telah direncanakan, mengingat pelaku membawa senjata tajam dan juga menggunakan penutup wajah, Dofiri memperkirakan peralatan tersebut sengaja disimpan di sebuah tempat sebelum berangkat sekolah, dan diambil kembali saat pulang sekolah.

"Tapi yang jelas dari hasil pemeriksaan awal adalah dari lirik mata tadi. Ada delapan orang yang dari semalam (kemarin) kita lakukan penangkapan. Masih ada waktu 1x24 jam, kalau unsurnya memenuhi, kami lakukan penahanan," tegasnya.

Dofiri mengimbau, bahwa jangan sampai teman atau orang terdekat para korban klitih melakukan aksi balasan.

Pihaknya juga sudah melakukan koordinasi dengan Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah 1 dan juga Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Muhammadiyah untuk meredam agar kasus klitih tidak lagi terulang.

"Imbauan dari sekolah dan DPW Muhammadiyah bisa ditaati agar tidak ada aksi balas dendam," ucapnya.

Sementara itu, keberadaan geng di kalangan pelajar tersebut, imbuhnya, tidak bisa bila hanya 'diperangi' dari aparat enegak hukum, namun juga butuh peran serta orang tua, guru, dan juga masyarakat.

"Kalau dari kami, akan melakukan penjagaan dengan konsep kembali ada polisi di sekolah. Melakukan koordinasi juga dengan gurunya, terlebih orangtua," tuturnya.

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved