Sejarah Yogyakarta dan Trenggalek
Gedhong Gunung Cilik, Persemayaman Cucu HB I di Trenggalek
Di perbukitan Kabupaten Trenggalek terdapat sebuah makam yang menjelaskan hubungan antara Yogyakarta dan Trenggalek yakni makam Eyang Sumowijoyo.
Penulis: Hamim Thohari | Editor: oda
Di komplek makam tersebut juga terdapat beberapa makam lain dari kerabat Eyang Sumowijoyo.
Yang menjelaskan adanya hubungan makan ini dengan Kasultanan Yogyakarta, terpasangnya Hobo (lambang Kasultanan Yogyakarta) di bangunan yang melindungi makam Eyang Sumiwijoyo.
Tidak hanya memiliki hubungan sejarah dengan Kasultanan Yogyakarta, kawasan Kabupaten Trenggalek juga memiliki keterkaitan sejarah pada masa bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaannya dengan Yogyakarta sebagai Ibu Kota Negara Indonesia.
Tidak terlalu jauh dari makam Gedhong Gunung Cilik, tepatnya di Dusun Krajan, Desa Bodag, Kecamatan Panggul, Kabupaten Trenggalek terdapat sebuah rumah yang pernah dijadikan persinggahan Panglima Besar Jendral Sudirman.
Adalah rumah milik Mochammad Ngabdi, seorang guru, yang dipilih Jendral Sudirman sebagai tempat persinggahannya selama dua hari yakni pada tanggal 13 hingga 15 April 1949.
Lokasi Kecamatan Panggul yang dikelilingi perbukitan diperkirakan menjadi alasan mengapa sang Jendral memilih wilayah ini sebagai tempat persinggahan dan mengatur strategi melawan Belanda.
Dijelaskan Purwito selaku Kades Desa Bodag hingga saat ini rumah bersejarah ini masih dipertahankan keasliannya.
"Di dalam rumah ini juga masih tersimpan tempat tidur, peralatan salat yang digunakan Jendral Sudirman," jelas Purwito.
Meski sudah tidak ditempati, tetapi rumah ini masih dirawat dengan cukup baik oleh ahli waris Mochammad Ngabdi. Pada saat-saat tertentu rumah ini banyak dikunjungi siswa sekolah yang belajar sejarah secara langsung. (*)