Sejarah Yogyakarta dan Trenggalek
Gedhong Gunung Cilik, Persemayaman Cucu HB I di Trenggalek
Di perbukitan Kabupaten Trenggalek terdapat sebuah makam yang menjelaskan hubungan antara Yogyakarta dan Trenggalek yakni makam Eyang Sumowijoyo.
Penulis: Hamim Thohari | Editor: oda
Laporan Reporter Tribun Jogja, Hamim Thohari
TRIBUNJOGJA.COM, TRENGGALEK - Berada di sebuah pedesaan yang tenang dimana lokasinya tersembunyi di balik perbukitan Kabupaten Trenggalek terdapat sebuah makam yang menjelaskan hubungan antara Yogyakarta dan Trenggalek yakni makam Eyang Sumowijoyo.
Tidak banyak catatan sejarah yang menjelaskan mengenai Eyang Sumowijoyo.
Sejatinya tokoh yang dimakamkan di makam Gedhong Gunung Cilik, Dusun Bendogolor, Desa Wonocoyo, Kecamatan Panggul, Kabupaten Trenggalek ini adalah cucu dari Sultan Hamengkubuwono I.
Sayid Munandar, selaku keturunan kelima Eyang Sumowijoyo menjelaskan leluhurnya tersebut merupakan keturunan dari Sultan Hamengkubuwono I dari istri yang bernama Nimas Ayu Nitisari.
"Nimas Ayu Nitisari ini diserahkan oleh HB I kepada Setro Ketipo dalam posisi hamil," ujar Sayid Munandar.
Setro Ketipo sendiri adalah orang yang berjasa membantu Sultan Hamengkubowono I yang saat itu masih bergelar Pangeran Mangkubumi dalam perang Palihan Nagari melawan Pakubowono II.
Diceritakan dalam sejarah, saat Pangeran Mangkubumi terdesak dan harus bersembunyi di kawasan Pacitan, dia dirawat Setro Ketipo dan diberi ramuan rebusan buah pace dan gula kelapa yang mampu memulihkan stamina rombongan Pangeran Mangkubumi.
Karena jasanya tersebut Setro Ketipo diangkat menjadi Bupati Pacitan dengan nama Setrowijoyo I dan mendapatkan seorang istri yakni Nimas Ayu Nitisari setelah Pangeran Mangkubumi menjadi raja di Kasultanan Yogyakarta.
Karena diserahkan kepada Setro Ketipo dalam posisi hamil, Nimas Ayu Nitisari melahirkan seorang anak bernama Setrowijoyo II yang juga dikenal dengan nama Raden Mas Lantjoer yang merupakan keturunan HB I.
Raden Mas Lantjoer yang juga pernah menjabat sebagai Bupati Pacitan inilah orang tua dari Eyang Sumowijoyo. "Banyak orang yang tidak tahu keberadaan dan sejarah dari makam Eyang Sumowijoyo ini," jelas Sayid Munandar.
Dibanding dengan makam cucu Hamengkubowono III dan cucu mantu Hamengkubowono VI yang berada di makam Girioloyo, makam Gedhong Gunung Cilik tampak kurang terawat. Tidak ada nama yang terukir di makam Eyang Sumowijoyo.