Lipsus Makam Pilot Dakota
Jalan Panjang Mencari Makam Pilot Dakota, Kini Makamnya Sudah Bernisan
Jika kita memasuki gerbang TPU tua ini, makam akan berada di sisi kanan atau sisi barat.
Penulis: dnh | Editor: Muhammad Fatoni
Berawal dari Buku Makam
Sementara itu makam pilot dan co-pilot pesawat terlupakan, jejaknya nyaris hilang. Informasi yang didapatkan Tribun Jogja, pihak Kedutaan Besar Australia pernah mencari keberadaan makam itu namun nihil. Titik terang muncul dari buku catatan makam yang ditemukan oleh Sumadi, juru kunci makam, pada 13 tahun lalu.
Tribun Jogja pada medio 2013 menyajikan laporan khusus tentang makam Constantine. Dari buku makam yang usang dan tua, ditemukan nama-nama yang sebelumnya dicari oleh Kedutaan Besar Australia, Alexander Noel Constantine, Roy Hazlehurst dan Beryl Constantine.
“Saya mencarinya dan baru menemukannya di lemari paling bawah pada 2003,” ujar Sumadi dalam wawancara dengan Tribun pada 25 September 2013. Adapun saat ini Sumadi sudah meninggal dunia.
Sumadi juga menemukan sepetak makam yang saat itu diduga kuat merupakan lokasi makam Alexander Noel Constantine, Roy Hazlehurst dan Beryl Constantine. Berdasar beberapa dokumentasi foto pemakaman dan catatan buku lawas, kuat dugaan yang ditemukan Sumadi adalah makam yang dicari, namun tidak ada pihak yang memastikan.
Tribun Jogja tidak hanya sekali itu menyajikan laporan khusus tentang makam Constantine. Selang tiga tahun, tepatnya pada awal Mei 2016, misteri makam pilot Dakota kembali diangkat. Laporan khusus ini dipilih setelah ada seorang peneliti Australia, bernama Michael Kramer menghubungi seorang jurnalis Tribun Jogja.
Berawal dari laporan Tribun Jogja pada 2013, yang juga ditayangkan melalui media daring ia mengetahui tentang kabar makam Constantine. Ia juga memiliki data serta dokumentasi yang bisa membantu untuk mencari titik terang makam. Michael datang ke Yogya dengan membawa segepok data dan dokumentasi berupa foto dari pihak keluarga Constantine.
Sementara itu Tribun Jogja juga mendapatkan foto-foto dokumentasi pasca jatuhnya pesawat Dakota dari sebuah album foto tua koleksi perpustakaan Lanud Adisutjipto, termasuk prosesi pemakaman korban. Bermodal itu, Tribun Jogja kemudian melakukan penelusuran bersama Michael Kramer, beberapa tempat dikunjungi, terutama makam dan museum Ngoto.
Dua Lembar Foto Jadi Kunci
Beberapa foto yang dibawa oleh Michael Kramer adalah dokumentasi saat keponakan Alexander Constantine,Geoffrey Constantine pernah mengunjungi makam pamannya. Michael mendapatkan itu langsung dari sang keponakan.
Dari foto itu juga terdapat keterangan, bahwa dulu keponakan Constantine pernah mengunjungi makam bersama korban selamat dari peristiwa Dakota VT-CLA, R Abdul Gani Handonotjokro pada tahun 1966. Berdasar foto berwarna itu, bisa dipastikan makam yang ditemukan Alm Sumadi adalah makam yang selama ini dicari oleh Kedutaan Besar dan pihak keluarga.
Ini bisa dipastikan karena makam-makam di sekeliling makam Constantine yang terlihat di dalam foto masih identik dan saat ini masih ada. Tribun Jogja lantas mengkonfirmasi ke Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara (Kadispenau) saat itu yakni Marsekal Pertama Wieko Sofyan dalam kesempatan sebuah acara di AAU, ia mengatakan bahwa makam itu bagian dari sejarah yang penting.
“Itu sisa-sisa peninggalan sejarah. Apalagi itu (Peristiwa Dakota) berkaitan dengan masalah perjuangan,”ujarnya pada 2 Mei 2016. Saat itu ia juga mentakan akan mencoba berkomunikasi dengan negara yang bersangkutan untuk upaya lebih lanjut. Saat ini Kadispenau sudah tidak dijabat olehnya.
Guru besar sejarah UGM, Prof Djoko Suryo dalam wawancara dengan Tribun Jogja mengatakan bahwa meski warga negara asing, Alexander Constantine dan Roy Hazlehurst patut untuk dihargai. Secara tidak langsung ia membantu perjuangan Indonesia, makamnya seharusnya dirawat dengan baik.
“Constantine dari Australia dan memang Australia adalah termasuk negara KTN (Komisi Tiga Negara) yang ikut perundingan-perundingan dengan Belanda, (Australia) yang mendukung Indonesia,” ujarnya.