FKY ke-28 Bertemakan Masa Depan Hari Ini Dulu

Festival ini akan dilangsungkan pada 23 Agustus hingga 9 September dengan mengambil lokasi di Taman Kuliner Condongcatur.

Penulis: Victor Mahrizal | Editor: oda
Tribun Jogja/ Septiandri Mandariana
Salah satu penampil dalam pawai pembukaan Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) ke-27, Rabu (19/8/2015) 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Victor Mahrizal

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Even akbar kesenian warga Yogyakarta Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) akan segera hadir di tengah masyarakat.

Festival ini akan dilangsungkan pada 23 Agustus hingga 9 September dengan mengambil lokasi di Taman Kuliner Condongcatur.

Menginjak tahun ke-28, festival ini berjalan, FKY 2016 mengangkat tema: Masa Depan Hari Ini Dulu.

"Melalui tema ini FKY ke-28 mencoba meneropong suatu masa, di detik, menit, jam, tahun, bahkan abad mendatang dengan fenomena kebudayaan sebagai titik acu ide," kata Direktur Bagian Umum, Setyo Harwanto, Kamis (4/8/2016).

Logo FKY tahun ini, terinspirasi dari sembilan jenis tanaman yang terdapat di lingkungan Keraton Yogyaarta, yaitu Waringin, Tanjung, Gayam, Sawo Kecik, Asem, Kemuning, Bodhi, Kepel Watu dan Jambu Dersana yang divisualkan dalam wujud daun dan pohon dalam wujud tipigrafi FKY.

Wujud pohon logo ini merepresentasikan tiga masa. Dulu, kini dan nanti. Sementara ranting-ranting merepresentasikan cabang-cabang kesenian yang diakomodasi oleh FKY.

Filosofi sembilan tanaman di lingkungan di Keraton Yogyakarta yang divisualisasikan menjadi logo diharapkan dapat menjadi payung pemikiran dan capaian dalam perhelatan FKY tahun ini, sebagai upaya melestarikan sekaligus mengambangkan kesenian sebagai elemen kebudayaan.

"Kebudayaan disini tidak hanya tentang artefak dan tradisi belaka, tetapi menjangkau realitas kehidupan yang lebih luas, seperti sosial, pendidikan, artitektur, masyarakat urban, teknologi, seni, gaya hidup, komuniasi, hingga politik. Baik itu tangible maupun intangible,"jelas Direktur Program Pertunjukan, Ishari Sahida.

Sementara Direktur Seni dan Kreatif Roby Setiawan berharap apa yang disuguhkan bukan sebatas tontonan semata, tetapi juga menjadi cara pandang dan pemicu parsitipasi masyarakat mengenai masa depan kebudaaan.

"Seniman memang bukan menjadi gerbang utama memasuki masa depan, tetapi, setidaknya bisa menjadi pintu msuk pembicaraan lain melalui imajinasi," tukasnya. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved