DPR Papua Mengutuk Kekerasan pada Mahasiswa Papua dalam Demo Ricuh Silam
DPR Papua hadir ke Yogyakarta dalam rangka memenuhi permintaan para mahasiswa yang meminta DPRP mengirimkan tim untuk penanganan ricuhnya demo.
Penulis: gil | Editor: oda
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Menyikapi kericuhan demo di depan asrama mahasiswa Papua beberapa waktu lalu sekaligus memenuhi permintaan mahasiswa itu sendiri, DPR Papua pun mengutus tim untuk melakukan audiensi langsung ke Asrama Mahasiswa Papua di Jalan Kusumanegara Yogyakarta.
DPR Papua Pun mengutuk keras peristiwa ricuhnya demo pada 15 dan Juli 2016 silam.
DPR Papua hadir ke Yogyakarta dalam rangka memenuhi permintaan para mahasiswa yang meminta DPRP mengirimkan tim untuk penanganan ricuhnya demo dan buntut berbagai persoalan mahasiswa Papua di DIY.
Sebelumnya, pada Selasa lalu (19/7/2016) Wakil Ketua DPR Papua Yanni mendatangi asrama mahasiswa namun audiensi tidak menghasilkan poin kesepakatan karena mahasiswa menuntut tim DPR Papua hadir langsung.
Rombongan DPR Papua berjumlah tujuh orang dengan lima anggota dewan Komisi I DPR Papua serta seorang perwakilan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Papua dan Polda Papua.
Ketua Komisi I DPR Papua Elvis Tabuni yang memimpin rombongan mengatakan, tujuannya adalah mencari langsung keterangan valid dari mahasiswa soal ricuhnya demo beberapa waktu lalu.
Elvis menjelaskan, DPR Papua harus mendapat keterangan yang valid yang kemudian akan menjadi bahan laporan untuk Gubernur dan Pemprov Papua. Dari hasil laporan, dapat dipetakan langkah-langkah penanganan yang harus dilakukan DPR Papua dalam melindungi mahasiswa Papua.
"Setelah audiensi dengan adik-adik mahasiswa, DPR Papua juga berencana melakukan audiensi dengan Polda DIY dan Gubernur DIY Sri Sultan. Saya harap kedatangan kami bisa membuka semua persoalan," tutur Elvis pada Selasa (26/7).
Anggota DPR Papua Tan Wei Long menyebut, mengutuk keras kejadian kekerasan dalam demo ricuh tersebut. Ia prihatin dengan apa yang terjadi dengan mahasiswa Papua yang mengalami kekerasan.
Menurutnya, peristiwa tersebut menjadi hal yang sangat mendesak untuk menjamin keamanan dan kelangsungan hidup para perantau Papua.
"Kami mengutuk peristiwa yang mengakibatkan korban dari para mahasiswa Papua dan kami prihatin ketika hal ini dibiarkan begitu saja dan dianggap separatis," ujar Tan.
Anggota lainnya, Wilhelmus Pigai menilai, tidak seharusnya aparat menggunakan pendekatan militeristik dalam peristiwa di depan asrama mahasiswa Papua tersebut.
Pendekatan harus dengan cara yang manusiawi dan bukannya menciptakan pelanggaran HAM.
Dalam audiensi tersebut, mahasiswa Papua juga memutar video detik-detik peristiwa ricuhnya demo. Melihat hal itu, Para anggota DPR Papua sepakat bahwa peristiwa tersebut merupakan hal yang sangat serius.
Anggota DPR Papua Mathea Mameyau bahkan menyebut ada diskriminasi yang besar.