BPJS Kesehatan Goes To School Tanamkan Nilai Gotong Royong Pada Remaja

BPJS Kesehatan gelar "BPJS Kesehatan Goes to School" serentak di 13 wilayah kerja Divisi Regional.

Penulis: una | Editor: Ikrob Didik Irawan
Tribun Jogja/Rona Rizkhy Bunga Chasana
BPJS Kesehatan gelar BPJS Kesehatan Goes to School serentak di 13 wilayah kerja Divisi Regional. Dan salah satu sekolah yang mendapat kesempatan tersebut adalah SMPN 2 Yogyakarta, Senin (21/7). 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Dalam rangka mengoptimalkan potensi para remaja untuk memasuki usia produktif melalui sektor kesehatan, BPJS Kesehatan gelar "BPJS Kesehatan Goes to School" serentak di 13 wilayah kerja Divisi Regional.

Dan salah satu sekolah yang mendapat kesempatan tersebut adalah SMPN 2 Yogyakarta, Senin (21/7/2016).

Dalam materi yang dipaparkan Kisworowati, Kepala Divisi Regional IV, dikatakan bahwa diperkirakan Indonesia akan mencapai puncak keemasannya pada 2018 hingga 2031.

Di masa tersebut, jumlah penduduk indonesia yang berusia produktif akan jauh lebih banyak daripada usia tua dan usia muda (anak).

Lantas agar masa emas tak berubah menjadi sebuah bencana, masyarakat Indonesia yang masuk usia produktif tentunya harus sehat dan bekerja.

"Jika saat masa anak dan masa tua, manusia memasuki masa rentan dan masa rawan terserang penyakit. Maka saat memasuki usia remaja hingga dewasa atau termasuk dalam kategori usia produktif, manusia harus bertugas menjaga kesehatannya," terang Kisworowati.

Bagi para remaja tentunya mulai sekarang harus sudah mempersiapkan untuk menghadapi masa Indonesia emas. Dengan banyaknya pesaing diusia tersebut, penting bagi remaja untuk memiliki pola hidup sehat.

Hidup sehat adalah salah satu cara agar seseorang bisa mencapai cita-citanya. Sementara itu, apabila manusia justru menerapkan pola hidup tidak sehat, maka akibatnya akan mudah sakit dan membutuhkan biaya yang besar pula besar.

Di tahun 2015, sebanyak Rp 16.9 triliun atau 29.67% dana jaminan kesehatan terserap untuk membiayai penyakit katastropik sepertihalnya jantung, gagal ginjal, kanker, stroke, dan sebagainya yang cenderung terjadi karena kebiasaan perilaku hidup tidak sehat.

"Kini ada hampir 167 juta peserta BPJS. Sementara itu, jika kita lihat iuran mandiri kelas 3, hanya Rp 25.500 perbulan. Ketika sakit ginjal misalnya, sekali cuci darah dengan biaya Rp 1 juta ditanggung BPJS. Padahal per bulan perlu cuci darah beberapa kali. Lalu perlu berapa orang sehat untuk mendukungnya sehat dan mendapatkan biaya untuk cuci darah?," ujarnya

Maka dari itu tentunya kita harus gotong royong dengan Jaminan Kesehatan Nasioanal-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS).

Konsep gotong royong ini akan terbentuk jika ada iuran dari masyarakat yang sehat untuk membantu dan menyumbang peserta JKN-KIS yang sakit.

Pada 2019 ditargetkan sejumlah 257 juta penduduk Indonesia seluruhnya akan memiliki JKN-KIS.

Untuk mendukung konsep gotong royong tersebut tentunya perlu peran generasi muda dalam mengawal keberlangsungan program JKN-KIS.

Dengan menanamkan rasa kepedulian dan gotong royong dalam jiwa pelajar sejak dini, diharapkan generasi muda tersebut dapat mendukung dan membantu program pemerintah mewujudkan Indonesia yang lebih sehat.

"Dengan diadakannya BPJS Goes To School ini, tentunya saya menjadi lebih tahu bahwa semua orang berhak mendaftarkan menjadi peserta termasuk saya. Dalam pemaparan materi tersebut saya juga mendapatkan ilmu baru tentang bagaimana menjaga kesehatan dan pola hidup sehat," ujar Ramadanti, kelas IX SMPN 2 Yogyakarta. (una)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved