Perang Jawa, Jalan Sunyi Pangeran Menuju Transendensi
Kamis 21 Juli 1825, Diponegoro dan pamannya tiba di Selarong, Bantul. Di sana, di sekitar gua tempat putra mahkota keraton ini kerap bersemadi dalam
Penulis: Hendy Kurniawan | Editor: Iwan Al Khasni
Rabu Siang, 191 tahun lalu
RABU siang, 191 tahun lalu, utusan terakhir yang dipimpin nayaka keraton, Raden Tumenggung Sindunegoro I dan Mas Ario Manduro berangkat ke Tegalrejo.
Mereka diperkuat satu pasukan gabungan Belanda dan Jawa yang dibentuk Chevallier.
Tapi Diponegoro sudah mendapat bocoran informasi mengenai hal itu dari para pandai besi yang membantu memasang ladam kuda-kuda pasukan kavaleri dan mempersiapkan senjata.
Tibanya pasukan itu memicu perkelahian terbuka dengan para pendukung Diponegoro di Tegalrejo.
Pertempuran sengit berakhir dengan dikuasai dan dibakarnya permukiman Diponegoro oleh pasukan Belanda.
Namun, sang pangeran bersama mayoritas pendukungnya berhasil kabur melalui gerbang barat Tegalrejo.
Sejam kemudian, Diponegoro bersama pengikutnya menyempatkan diri salat maghrib di jalan raya sekitar Sentolo.