Mengenal Sosok Akhmad Makhfat, Sang Kolektor Komik Lokal dari Yogya
Kesukaannya pada komik dan cerita-cerita bergambar tentunya dimulai sejak kecil, sewaktu ia mulai belajar membaca.
Penulis: rap | Editor: Muhammad Fatoni
Sementara 112 lainnya beruntung selamat. Termasuk dalam daftar yang tewas adalah Prof Dr Koesnadi Hardjasoemantri, mantan Rektor Universitas Gadjah Mada.
Di antara beragam koleksi, yang paling dikagumi Akhmad ialah artwork karya komikus asli. Selain karena barang tersebut langka, dan tidak mungkin ada ‘copy’-nya, memiliki artwork asli karya komikus idola adalah sebuah kebangaan tersendiri.
Saat ini ia memiliki artwork lengkap sebanyak 11 judul, sedangkan beberapa artwok lainnya tidak lengkap edisinya.
Hingga saat ini Akhmad mengaku masih mengikuti perkembangan komik dan animasi yang beredar. Menurutnya perkembangan komik yang merambah lewat persebaran digital ialah hal yang lumrah.
“Kita tidak bisa menolak perkembangan teknologi, tapi tetap bagi saya kesenangan membaca komik ialah versi cetak yang bisa dibawa kemana-mana,” ujarnya.
Komik Indonesia yang baik menurutnya adalah yang orisinal. Selain kualitas gambar yang bagus, hal lainnya yang terbaik adalah unsur syair yang ada di dalamnya. Akhmad memberikan contoh idealnya seperti cerita Jaka Sembung.
Komikus Djair Warni melahirkan Jaka Sembung tahun 1968. Jaka Sembung ialah pendekar yang diciptakan sangat membumi.
Selain hidup layaknya masyarakat biasa, nama-nama tempat yang ada di dalam cerita Jaka Sembung benar-benar ada.
“Jadi karya dan cerita di komik itu bisa menjadi mitos sendiri di masyarakat,” katanya.
Kini ia kegelisahan Akhmad pada komikus yang muncul pada generasi sekarang ialah pada lemahnya skenario cerita.
“Mungkin komikus sekarang masih kurang risetnya sebelum membuat cerita,” ujarnya.
Selain itu banyak komikus yang tidak memperhatikan kualitas cetakan, kebanyakan masih ala kadarnya. Selain memiliki enam peti koleksi komik yang di simpan di rumahnya, ribuan koleksi lainnya di simpan khusus di sebuah rumah dekat tempat tinggalnya.
Di rumah tersebut Akhmad Makhfat sedang bermimpi membangun sendiri perpustakaan komik yang ia beri nama ‘Rumah Komik Minomartani’.
Rencananya menurut Akhmad, perpustakaan tersebut bisa segera diakses oleh publik secara gratis. Menurutnya saat ini sudah tidak ada lagi tempat persewaan komik, dan perlunya mengenalkan kepada generasi sekarang pada karya-karya komik lokal tempo dulu. (*)
