Inspiratif, Karya Batik Alam dari Pria Asal Tembi Ini Sukses Tembus Pasar Eropa dan Amerika

Karyanya pun diminati oleh orang asing dari penjuru Eropa, Amerika, Asia dan Australia.

Penulis: Agung Ismiyanto | Editor: Muhammad Fatoni
Tribun Jogja/ Agung Ismiyanto
Perajin batik warna alam, Tatang Elmi Wibowo menunjukkan hasil karyanya di galerinya Leksa Ganesa, Dusun Tembi, Desa Timbulharjo, Kecamatan Sewon. Dia ingin mengkampanyekan pelestarian lingkungan dan mendidik pembelinya untuk tidak merusak lingkungan. 

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Melalui corak kain batik, Tatang Elmi Wibowo (40) ingin mengampanyekan pelestarian lingkungan dan mendidik pembelinya untuk tidak merusak lingkungan.

Pembatik ini pun melawan derasnya arus batik dengan warna sintetik dengan warna alam yang lebih ramah lingkungan.

Karyanya pun diminati oleh orang asing dari penjuru Eropa, Amerika, Asia dan Australia.

Selembar kain berwarna biru dengan paduan coklat dihamparkan Tatang di ruang galerinya yang bernama Leksa Ganesa di Dusun Tembi, Desa Timbulharjo, Kecamatan Sewon. Kain berukuran sekitar 1,5 x 1,75 meter itu menampilkan corak yang tidak dimiliki batik tulis biasanya.

Tatang merancang lukisan di kain sutera itu dengan lukisan batik yang menjadi kritik sosial akibat eksploitasi alam di Kalimantan yang gila-gilaan. Dia menampilkan dua buah backhoe yang merupakan alat untuk mengeruk hasil tambang dengan dipadukan wajah-wajah manusia dan anak kecil.

“Saya ingin menunjukkan banyak anak yang menjadi korban akibat tenggelam di bekas penambangan di Kalimantan,” kata Tatang kepada Tribun Jogja, Rabu (16/11/2016).

Kritik sosial melalui karya batik tulis ini tidak hanya sekali dibuatnya, di galerinya, Tatang juga memamerkan lukisan perang nuklir, protes pendirian pabrik semen di Rembang, dan juga konservasi harimau jawa yang hampir kian langka.

Tak hanya itu, dia juga membuat kritikan untuk tambang yang dilakukan oleh PT Freeport di Papua.

Cerita-cerita yang digambarkan dalam selembar kain batik berbahan katun ataupun sutera ini, bagi Tatang adalah salah satu cara untuk tetap mengkritisi kerusakan alam dan eksploitasinya.

Meskipun saat ini terjun dan menggeluti bisnis kain batik, namun jiwa Tatang untuk terus mengkampanyekan lingkungan tetap dicurahkan.

Adapun kain batik berisi corak lukisan itu dijualnya untuk kepentingan bisnis dan sebagian uangnya disisihkan untuk pendanaan aktivis lingkungan di berbagai daerah. Misalnya, dia menjual lukisan konservasi harimau jawa itu dan dibeli oleh orang Norwegia senilai Rp 7,5 juta.

Uang penjualan itu, disisihkan untuk temannya yang konsen meneliti harimau jawa, sisanya masuk ke kantong pribadinya.

“Saya selalu punya mimpi agar para aktivis lingkungan tidak bergantung pada funding dari pendonor. Agar tetap mandiri dan bebas dari kepentingan pendonor, “ katanya.

Kayu dan Kulit

Di balik cerita kritik sosialnya, Tatang juga mengkampanyekan penggunaan warna dari alam melalui karyanya. Hampir seluruh lukisan batiknya yang berciri khas kontemporer dan abstrak ini menggunakan pewarna alam dari kayu dan kulit tanaman yang ada di sekitarnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved