Bisa Kok Menikmati Keindahan Kupu-Kupu Tanpa Merusaknya

Kupu-kupu, serangga bersayap sisik yang memiliki ribuan jenis ini dikenal dengan keindahan warna yang membalut tubuhnya.

Penulis: Yudha Kristiawan | Editor: oda
dokpri
Salah satu kupu kupu yang diteliti Arwana. 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Yudha Kristiawan

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - "Telur-telur jadilah ulat, ulat-ulat di atas pohon, makan daun, perutnya kenyang, jadilah kepompong membungkus diri, terbuka-terbuka keluar kepalanya, lihatlah-lihatlah jadilah kupu-kupu", penggalan lagu anak-anak tersebut menggambarkan proses metamorfosis sempurna yang di alami kupu-kupu.

Kupu-kupu, serangga bersayap sisik yang memiliki ribuan jenis ini dikenal dengan keindahan warna yang membalut tubuhnya.

Menikmati keindahan warna kupu-kupu bisa dilakukan tanpa harus melakukan kontak fisik dengan serangga cantik tersebut, alias tanpa menangkapnya.

Harapan besar tersebut muncul dari para pecinta kupu-kupu yang tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pendidikan Biologi FMIPA UNY bernama Arwana, kepanjangan dari arga, wana, setya buana.

Kampanye untuk tak menangkap kupu-kupu secara tak bertanggungjawab tak lain adalah untuk melindungi spesies kupu-kupu yang tanpa disadari ada yang hampir punah.

"Troides Helena adalah salah satu jenis kupu-kupu yang dilindungi karena hampir punah. Banyak yang tak tahu, kupu-kupu yang warnanya di dominasi hitam dan kuning ini diambang kepunahan. Di wilayah Yogya, habitat kupu-kupu ini bisa ditemui di wilayah gunung purba, Nglanggeran," terang Senja Fitriana, salah satu anggota Arwana saat berkunjung ke dapur redaksi Communitylife Tribun Jogja, akhir pekan lalu.

Diungkapkan Senja, salah satu sebab kupu-kupu spesies troides helena hampir punah lantaran keberadaan inang tempat bermetamorfosa kupu-kupu ini juga tak dilindungi keberadaannya. Inang berupa sirih hutan semakin susah dijumpai.

"Kalau tanaman penghasil nektar untuk makan kupu-kupu masih banyak, tapi inang untuk menempatkan telur semakin langka, padahal hanya di tanaman inang inilah, sewaktu masih menjadi ulat, calon kupu-kupu mendapatkan makanan," terang Senja.

Usaha untuk menangkarkan kupu-kupu, terutama kupu-kupu yang tercatat hampir punah, terus dilakukan secara alamiah.

Salah satunya dengan menanam inang troides helena yakni, sirih hutan di Butterfly Sanctuary atau tempat penangkaran kupu-kupu.

Cara ini bisa dilakukan siapa saja yang berminat membantu mengembalikan populasi kupu-kupu yang kian hari makin berkurang.

Setidaknya, menurut Utami Amardi Putri, salah satu anggota Arwana, pengamatan yang dilakukan di alam terbuka juga menjadi wujud nyata untuk mengidentifikasi keberadaan kupu-kupu liar dan pada akhirnya data yang diperoleh akan digunakan untuk program penyelamatan.

"Setiap kami mengadakan semacam observasi, kami selalu menghindari, sebisa mungkin tak menangkap kupu-kupu yang ada di sana. Kalaupun terpaksa membutuhkan contoh, kami mengambil satu saja untuk diawetkan. Jangan lupa, kupu-kupu juga berperan besar sebagai organisme penyeimbang ekosistem, misalnya membantu proses penyerbukan," jelas Utami.

Lanjut Utami, salah satu kegiatan rutin Arwana adalah melakukan pendataan minimal setiap bulan jumlah dan jenis kupu-kupu yang habitatnya di sekitar kampus.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved