Konflik Gua Pindul
Kesepakatan Menolak Joki Wisata di Gua Pindul Mulai Dilanggar Sendiri
Sejumlah pengelola yang sebelumnya sepakat menghilangkan praktik joki berbalik mendukung keberadaannya.
Penulis: Hari Susmayanti | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Kesepakatan sembilan operator obyek wisata Gua Pindul yang menolak keberadaan joki mulai dilanggar sendiri.
Sejumlah pengelola yang sebelumnya sepakat menghilangkan praktik joki berbalik mendukung keberadaannya.
Salah satu pihak yang mendukung keberadaan joki adalah sekretariat Tunas Wisata. Ketua II Sekretariat Tunas Wisata, Rebito mengaku sebelumnya pada pertemuan di kantor Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan pihaknya terpaksa menyepakati keputusan untuk menghilangkan joki.
Menurutnya, keberadaan joki ini sangat penting bagi promosi obyek wisata Gua Pindul. Joki wisata merupakan bagian dari marketing sehingga pihaknya akan tetap menggunakan jasa joki.
"Kami tetap akan menggunakan joki dan melindungi sebagai bagian dari marketing kami,” katanya kemarin.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Suwargito. Salah seorang pengelola sekretariat Dewa Bejo ini mengaku sebelum bergabung menjadi pengelola obyek wisata Gua Pindul, dirinya merupakan penggagas keberadaan joki wisata.
Dengan wacana penertiban joki yang disepakati di kantor Dibudpar lalu, sebenarnya dirinya tidak tega karena mengetahui susahnya menjadi seorang joki.
Meski memang ada sebagian oknum joki yang bertindak nakal, menurutnya keberadaan joki juga diperlukan oleh pengelola sebagai salah satu bagian dari promosi.
"Kita akan tetap gunakan Joki. Saya siap untuk melakukan pembinaan dan megorganisir joki " imbuhnya.
Sementara itu dalam rapat audensi di kantor Disbudpar beberapa hari yang lalu, Ketua Pokdarwis Dewa Bejo, Bagyo secara tegas menyatakan kalau pihaknya tidak menggunakan joki.
Sebagai komitmen, sedari awal pengelola masih memasang spanduk yang isinya pokdarwis yang dipimpinnya tidak menerima joki.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan (Disbudpar) Gunungkidul Saryanto menilai keberadaan joki ini muncul karena ketidakompakan pengelola.
Kalau para pengelola mau menaati dan kompak tidak menggunakan joki, maka akan hilang sendiri.
"Kalau mereka tidak menggunakan, otomatis keberadaannya akan hilang dengan sendirinya," ujarnya. (*)