Hobi Olahraga Dirgantara di DIY
Olahraga Dirgantara di Yogya Bisa Berkembang Pesat
Bentang alam dan fasilitas pendukung yang ada membuat olahraga dirgantara berkembang dengan pesat.
Penulis: dnh | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Daerah Istimewa Yogyakarta dianggap sabagai daerah yang ideal untuk semua jenis olahraga dirgantara, termasuk pesawat ultralight.
Bentang alam dan fasilitas pendukung yang ada membuat olahraga dirgantara berkembang dengan pesat.
“Di Indonesia, DIY provinsi yang memiliki fasilitas alam maupun fasilitas pendukung buatan yang mampu menyelenggarakan semua jensi olahraga dirgantara,” ujar Kolonel Pnb Bonang Bayuaji, Ketua Harian FASI DIY.
Pria yang menjabat sebagai Kadisops Lanud Adisutjipto ini mengatakan hampir semua jenis olahraga dirgantara dapat difasilitasi di DIY, mulai aeromodeling, terbang layang hingga ultralight.
Untuk fasilitas hanggar diberikan secara gratis dan menjadi bagian dari pembinaan potensi dirgantara.
“Itu kelebihan di Yogya , jadi olahraga dirgantara menjamur di Yogya , dan berkembang pesat dibanding daerah lain. Daerah lain ada, tetapi beberapa bidang tidak terdukung,” jelasnya.
Bahkan, hal tersebut menarik minat orang luar DIY untuk menekuni olahraga dirgantara di DIY. Menurut Bonang, beberapa warga luar DIY seperti dari Jakarta, Ambarawa dan Solo menekuni olahraga dirgantara di Yogyakarta dan menaruh pesawat di Lanud Adisutjipto.
Sementara terkait dengan anggapan bahwa olahraga dirgantara adalah olahraga yang mahal, Bonang mengatakan dari sisi operasional olahraga dirgantara bisa dikatakan mahal bisa juga dikatakan tidak mahal. Kalau dikatakan mahal beberapa peralatan memang mahal.
“Namun biaya perawatan tidak semahal itu, sepertu terjun payung itu payungnya bisa dipakai dalam jangka waktu yang panjang,” katanya.
Contoh lain adalah aeromodeling, aeromodeling adalah jenis kedirgantaraan yang sebenarnya bisa mencakup semua kalangan dan terjangkau.
Sementara untuk mikrolight dan ultralight, menurutnya jika dibandingkan dengan hobi yang lain seperti hobi motor besar tidaklah lebih mahal. Sedangkan untuk biaya operasional juga dirasa tidak mahal.
“Harganya kalau dibilang murah ya tidak murah juga, tetapi kalau pembandingnya moge, moge saya dengar ada yang 700-800 (juta) ya mahal sekali, tidak sampai segitu harganya,” katanya.
Namun terkait dengan kesan olahraga dirgantara yang hanya bisa dilakukan oleh kalangan tertentu , Bonang mengakui masih ada kesan mengekslusifkan diri.
Dimana sebenarnya semua orang bisa menggeluti dan memiliki kesempatan yang sama, bahkan disaat tidak bisa memiliki peralatan atau pesawat sendiri tetap dapat bergabung. (*)


 
                 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					![[FULL] Ulah Israel Buat Gencatan Senjata Gaza Rapuh, Pakar Desak AS: Trump Harus Menekan Netanyahu](https://img.youtube.com/vi/BwX4ebwTZ84/mqdefault.jpg) 
				
			 
											 
											 
											