Sanggar Seni Kinanti Sekar, Tempat Asyik untuk Belajar Bahasa dan Aksara Jawa

Masyarakat juga banyak milirik kelas baca tulis aksara Jawa yang dibuka oleh sanggar yang beralamat di rumah Kelas Pagi Yogyakarta, Prawirodirjan

Penulis: Santo Ari | Editor: Ikrob Didik Irawan
Tribun Jogja/Santo Ari
Kegiatan belajar bahasa Jawa di Sanggar Seni Kinanti Sekar 

Selain itu, metode lain yang diterapkan adalah penerapan metode kentekstual di mana metode belajar yang digunakan untuk mendekatkan diri peserta pada lingkungan sekitarnya sehingga peserta lebih peka dengan apa yang terjadi di kehidupan sekitarnya.

"Kami mengenal mereka dengan sedulur sanggar. Diharapkan semakin banyak teman-teman yang semakin mencintai budaya sendiri," papar Bagas.

Dalam kelas ini, para peserta berkumpul dalam satu bangunan limasan yang kecil dan duduk sejajar dengan pengajarnya.

Suasana terlihat santai dengan diselingi canda tawa, namun tetap berhubungan dengan apa yang mereka pelajari. Mereka diajarkan bagaimana berbicara dengan bahasa Jawa yang baik dan benar.

Adapun bahasa Jawa dikenal dengan tingkatannya, ada bahasa ngoko, ngoko alus untuk kehidupan sehari-hari, ada pula bahasa krama dan krama alus untuk diucapkan ke orang yang dihormati atau lebih tua.

Sedangkan aksara Jawa yang diajarkan adalah aksara hanacaraka, beserta sandangannyannya seperti wulu untuk huruf dengan pengucapan i, taling tarung untuk pengucapan u, layar untuk akhiran r dan lain sebagainya.

Selain itu untuk tingkatan lebih tinggi peserta juga akan diajarkan aksara rekanan untuk menulis huruf dari ejaan luar seperti huruf f, v dan z.

Andi Wicaksono, pengampu kelas baca tulis aksara Jawa menekankan bahwa generasi muda akan terombang-ambing dan hilang arah kalau tidak tahu identitas di mana ia berasal.

"Karena ini menyangkut sejarah. Percuma negara maju, kalau tidak tahu adiluhungnya. Jendela pengetahuan dan kunci sejarah ya terletak di bahasa dan sastranya," ungkap pria lulusan pasca sarjana ISI Yogyakarta ini.

Dalam kelas yang dibuka dua hari dalam seminggu ini, peserta akan dihadapkan dalam suasana yang santai.

Karena tidak semua peserta sanggar bukan asli Yogyakarta, maka penyampaiannyannya pelajarannya dengan menggunakan bahasa Jawa dicampur bahasa Indonesia.

"Selain itu akan diselingi game, atau humor, supaya mereka tidak bosan, misalnya dengan sistem menghafal aksara Jawa dengan kartu. Selama ini juga ketika ada tugas dari sekolah, teman-taman bisa membawa tugas itu ke sanggar untuk dibahas bersama," paparnya. (tribunjogja.com)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved