Gerhana Matahari Total 2016
Ratusan Warga Kulonprogo Gelar Salat dan Amati Gerhana di Pelabuhan Tanjung Adikarto
Agenda salat kusuf dan pengamatan gerhana matahari di Pelabuhan Tanjung Adikarto di tepi pesisir selatan Kulonprogo dipenuhi ratusan warga.
Penulis: Yoseph Hary W | Editor: Muhammad Fatoni
Laporan Reporter Tribun Jogja, Yoseph Hary W
TRIBUNJOGJA.COM, KULONPROGO - Meski penampakan gerhana matahari di wilayah Kulonprogo hanya 80 persen, kebanyakan masyarakat cukup antusias menyambut fenomena alam yang cukup langka ini, Rabu (9/3/2016) pagi.
Terbukti, agenda salat kusuf dan pengamatan gerhana matahari di Pelabuhan Tanjung Adikarto di tepi pesisir selatan Kulonprogo dipenuhi ratusan warga.
Begitu salat selesai, mereka pun mengantre untuk dapat melihat penampakan gerhana matahari melalui teleskop dan teodolit yang disediakan Kementerian Agama Kulonprogo di halaman musala pelabuhan.
Berdatangan sejak sekitar pukul 06.00, ratusan warga tersebut akhirnya dapat melakukan pengamatan gerhana matahari secara maksimal 80 persen pada pukul 07.30.
Peralatan pengamatan gerhana ini disediakan Kementerian Agama Kulonprogo hasil kerjasama fasilitasi dari Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PC NU) Kulonprogo.
Sebelum pengamatan bergiliran, warga melakukan salat kusuf dua rakaat diimami oleh KH Muh Nuyamin.
Khatib Kyai Hamim dari Lajnah Falakiyah NU, dalam kotbahnya mengatakan bahwa gerhana matahari merupakan wujud kebesaran Allah.
"Tidak seharusnya fenomena ini dikaitkan dengan berbagai ramalan bersifat negatif misal pertanda akan ada bencana," katanya.
Wakil Ketua PC NU Kulonprogo, Jauhar Mustofa, menyatakan fasilitasi yang dilakukan pihaknya merupakan instruksi dari PB NU pusat dan PW NU DIY.
"Agar melakukan pengamatan dan salat gerhana di kawasan pelabuhan ini," tuturnya.
Selain masyarakat umum, salat dan pengamatan gerhana matahari itu juga diikuti para pelajar di Kulonprogo. Mereka memanfaatkan teleskop dan teodolit dari Kementerian Agama Kulonprogo.
Selain sekadar pengamatan, beberapa juga terlihat berusaha merekam suasana menggunakan ponsel.
"Kami fasilitasi dengan peralatan canggih di sini karena jika dilihat langsung bisa merusak retina mata," ujarnya.
Seorang warga yang ikut dalam salat tersebut, Naufal (17), mengaku sangat tertarik untuk melihat fenomena tersebut. Datang di antara ratusan warga lainnya, dia sabar mengantre giliran dapat melihat gerhana melalui alat yang telah tersedia.
"Karena ini 33 tahun sekali, saya berharap kelak masih bisa melihat lagi. Ini fenomena menarik dan langka jadi saya berusaha merekamnya," kata Naufal.
Demikian juga pengunjung lainnya, Dina Aulia Rahman (16), merasa beruntung mendapat kesempatan melihat gerhana matahari. Baginya, ini merupakan pengalaman pertama melihat fenomena alam yang begitu indah. (*)