Gerhana Matahari Total 2016

NASA Sebut Gerhana Matahari Total di Indonesia Lebih Spesial

Aspek-aspek yang diteliti antara lain suhu di langit dan kelembaban bumi.

Editor: Muhammad Fatoni
Grafis Tribun Jogja.com | FauziRahman
Grafis Gerhana Matahari Total 2016 

TRIBUNJOGJA.COM - Badan Luar Angkasa AS atau National Aeronautics and Spaces Administration (NASA) menilai Gerhana Matahari Total (GMT) di Indonesia tahun ini lebih spesial dibandingkan GMT di AS, 21 Agustus 2017.

"Di Indonesia spesial. Perbedaanya dengan Amerika adalah di sini terjadi dalam waktu yang sangat pagi. Waktu di mana matahari baru saja terbit," ujar peneliti NASA, Madheelika Gahathakurta, akhir pekan lalu di Jakarta.

Madheelika menambahkan, ia dan teman-teman peneliti NASA akan melakukan penelitian pengaruh gerhana matahari total terhadap atmosfer.

Aspek-aspek yang diteliti antara lain suhu di langit dan kelembaban bumi.

"Kita ingin tahu bagaimana kondisi langit yang gelap di pagi buta. Bagaimana temperatur dan keadaan suhu yang berbeda," tambahnya. Ini juga berbeda dengan GMT Pulau Jawa pada 9 Juni 1983 yang terjadi siang hari.

Berbeda tahun ini, di AS, GMT 2017 akan terjadi di siang hari, bergerak dari bagian barat Amerika menuju daerah timur. Hampir sebagian besar wilayah yang dilewati saat itu adalah lautan.

Terkait GMT 9 Maret 2016, NASA mengirimkan tim khusus pengamatan di Maba, Halmahera Timur, Maluku Utara, bersama Lapan. Mereka juga akan membawa teknologi pertama yang dipakai di dunia untuk meneliti korona. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved