REALTIME NEWS : Budaya Jawa dan Tionghoa Melebur dalam Kirab Cap Go Meh di Magelang

Tidak sekadar menjadi perayaan etnis Tionghoa, acara ini juga menjadi tontonan tahunan bagi warga non etnis Tionghoa.

Penulis: Agung Ismiyanto | Editor: Muhammad Fatoni
Tribun Jogja/ Agung Ismiyanto
Cengge, salah satu atraksi yang ditampilkan secara khas dalam perayaan Cap Go Meh di Jalan Pemuda, Kota Magelang, Senin (22/2/2016). 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Agung Ismiyanto

TRIBUNJOGJA.COM, MAGELANG - Ribuan warga memadati Jalan Pemuda atau dikenal dengan Pecinan di Kota Magelang, Senin (22/2/2016) pagi.

Warga tumpah ruah dan saling berdesakan untuk menonton pawai budaya dalam perayaan Cap Go Meh yang diselenggarakan Tempat Ibadat Tri Dharma (TITD) Liong Hok Bio, Kota Magelang.

Tidak sekadar menjadi perayaan etnis Tionghoa, acara ini juga menjadi tontonan tahunan bagi warga non etnis Tionghoa.

Hidup rukun dan damai itulah yang tersirat dalam perayaan Cap Go Meh di Kota Magelang. Meski udara panas, tak menyurutkan niat warga untuk menonton atraksi barong say atau liong, dan beragam kesenian lain.

Bukan hanya keseniaan dari Tionghoa yang tampil dari acara ini, namun kesenian tradisional seperti kuda lumping, warok, reog, dan atraksi lain melebur, seolah tanpa sekat pembatas.

Warga sibuk menonton, memotret, bahkan berselfie dengan background kesenian tersebut. Sementara, barongsai sibuk mengambil amplop angpau yang digantung di depan toko kawasan Pecinan.

Pawai kesenian itu mempersatukan kerukunan antar umat beragama dan antar etnis. Tak ada jarak antara masyarakat untuk menikmati sebuah atraksi dan tontonan bagi warga yang cukup menarik itu.

Mereka yang juga sekaligus merupakan masyarakat non etnis Tionghoa, ikut berjalan dalam rangkaian arak-arakan pawai melintasi kawasan Pecinan Kota Magelang.

Bagi Wati, warga Magelang Utara, Kota Magelang, perayaan Cap Go Meh menjadi tontonan tahunan yang wajib. Dia mengaku senang dengan keberagaman kesenian dalam acara tersebut.

“Selain saya, anak saya juga senang melihat penampilan atraksi Barongsai,” tambahnya.

Ketua Yayasan Tri Bhakti, Paul Chandra Wesi Aji, menjelaskan dengan adanya kesenian Jawa dan Tionghoa yang ikut dikira, pihaknya ingin menunjukkan bahwa warga Tionghoa bisa berbaur dan hidup berdampingan dengan rukun dengan masyarakat sekitarnya.

Untuk perayaan Cap Go Meh kali ini diikuti oleh 10 kelompok kesenian dan enam diantaranya adalah kelompok kesenian tradisional antara lain kelompok kesenian reog, warok, topeng ireng, dan jathilan.

“Ada keberagaman dalam hidup sehari-hari. Untuk itu, kita harus hidup berbaur, menjalin relasi harmonis dengan lingkungan dalam berbagai kegiatan apa pun,” katanya. (Tribunjogja.com)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved