Jogja Dulu dan Sekarang

Wajah Tugu Yogya Benar-benar Berubah Pascagempa Dahsyat 1867

Sebelum menjadi seperti yang bisa disaksikan sekarang ini, Tugu Pal Putih pernah beberapa kali mengalami perubahan dan renovasi

Penulis: Hamim Thohari | Editor: Mona Kriesdinar
TRIBUNJOGJA.com | Khaerur Reza
Gambar Tugu Yogya dari jarak dekat pada tahun 1928 (Net) dan gambar Tugu Yogya jarak dekat yang diambil pada tahun 2016 ini (TRIBUNJOGJA.com - Khaerur Reza) 

Dari Panggung Krapayak sampai Keraton melambangkan asal manusia dilahirkan sampai dewasa, menikah, dan melahirkan (Sangkan).

Dari Tugu Golong Gilig sampai Keraton melambangkan perjalanan manusia menghadap sang Pencipta (Paran).


Gambar Tugu Yogya dari jarak dekat pada tahun 1928 (Net) dan gambar Tugu Yogya jarak dekat yang diambil pada tahun 2016 ini (TRIBUNJOGJA.com - Khaerur Reza)

Dahulu kala dari komplek keraton, khususnya dari Bangsal Manguntur Tangkil, Tugu Golong Gilig adalah arah pandang Sultan saat melaksanakan proses kehidupannya yang disertai satu tekad menuju kesejahteraan rakyat (golong gilig). Maka Tugu Golong Gilig adalah simbol dari "Manunggaling Kawulo Gusti", semangat persatuan rakyat dan penguasa demi kesejahteraan rakyat.

Bentuk Tugu Golong Gilig benar-benar berubah paska terjadi gempa bumi hebat pada tahun 1867. Saat itu bangunan roboh, dan pada masa pemerintahan Sultan Hamengkubuwono VII kembali dibangun dengan bantuan dari pemerintah Belanda, yang akhirnya selesai pada tahun 1889.

Tetapi bangunan tugu benar-benar berbeda, dibuat dengan bentuk persegi dengan tiap sisi dihiasi semacam prasasti yang menunjukkan siapa saja yang terlibat dalam renovasi itu.

Bagian atas tugu tak lagi bulat, tetapi berbentuk kerucut yang runcing. Tinggi bangunan lebih rendah 10 meter dari bangunan sebelumnya, yakni hanya 15 meter.

Sejak saat itu Tugu dikenal dengan nama De Witte Paal atau dalam bahasa Indonesia Tugu (Paal) Putih.

Saat ini untuk mengetahui sejarah tersebut pemerintah telah membangun diorama dan replika tugu Golong Gilig di sekitar Tugu Pal Putih yang menceritakan secara runtut asal mula bangunan tersebut.

Tidak hanya diorama, terdapat juga miniatur bangunan tugu Pal Putih, keraton, dan Panggung Krapyak, yang mampu memberikan gambaran kepada masyarakat mengenai sumbu filosofi pembentuk wilayah Yogyakarta.

Karena menjadi Landmark utama Yogyakarta, tak heran kawasan tersebut selalu ramai di datangi wisatawan, terlebih di malam hari. Setiap malamnya ratusan wisatawan foto-foto dengan latar belakang Tugu Pal Putih

"Jika belum foto-foto di Tugu berarti belum datang ke Jogja," ungkap Andi satu diantara pengunjung Tugu Pal Putih.

Menurutnya selain bisa foto-foto keberadaan diorama dan miniatur tugu, mengunjungi kawasan tersebut juga menambah wawasan sejarah mengenai Yogyakarta dan peninggalan budayanya.

Jika anda menghabiskan malam anda di kawasan tersebut juga terdapat pedagang angkringan dan wedang ronde yang siap menemani malam anda. (mim/tribunjogja.com)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved