Kisah Dibalik Pindahnya Patung Sri Sultan IX ke Keraton
Patung itu berada di pekarangan sebuah rumah nomor 666 di Jalan Batikan, RT 32, RW 10, Kelurahan Wirogunan, Kecamatan Mergangsan, Kota Yogyakarta.
Penulis: abm | Editor: Iwan Al Khasni
Setiap orang yang tumbuh dewasa pastinya memiliki kenangan di masa kecilnya. Salah satunya kenangan yang dimiliki oleh KMT Widyo Winoto, pemilik pekarangan rumah yang terdapat patung Sri Sultan Hamengku Buwono IX.
PATUNG sudah ada sejak tahun 1951, yang dibangun hingga tahun 1953. Ketika itu, Widyo masih sangat kecil dan selalu bermain di sekitar patung yang dibuat oleh seniman bernama Roestamadji.
Patung itu berada di pekarangan sebuah rumah nomor 666 di Jalan Batikan, RT 32, RW 10, Kelurahan Wirogunan, Kecamatan Mergangsan, Kota Yogyakarta.
Letak patung pun berada di pinggiran jalan dan dapat dilihat oleh para pengendara maupun pejalan kaki saat melintasi jalan tersebut.
Pada 9 Februari 2016 mendatang, patung Sri Sultan Hamengku Bumono IX itu akan dipindahkan ke Bangsal Kasatriyan Kraton Yogyakarta.
"Saya sangat berterima kasih kepada Ngarso Dalem (Sri Sultan Hamengku Buwono X). Saya sebagai pemilik halaman mengucapkan banyak terima kasih. Karena dengan dipindahkannya patung Ngarso Dalem IX ke Kraton, rasanya saya sangat plong sekali. Akhirnya patung itu mendapatkan tempat yang sangat layak," ujar Widyo kepada Tribun Jogja, Sabtu (9/1/2016).
Hal itu disampaikannya saat berada di kediamannya yang bersebelahan dengan rumah nomor 666, di Jalan Batikan nomor 665, RT 32, RW 10, Kelurahan Wirgunan, Kecamatan Mergangsan, Kota Yogyakarta, sambil menangis terharu mendengar kabar gembira tersebut.
Widyo melanjutkan, rumah nomor 666 itu kini digunakan oleh adiknya. Dulu, rumah itu beserta rumah yang ia tinggali saat ini adalah rumah dari kakeknya.
Ia bercerita, ketika tahun 1940-an rumah tersebut sempat terkena bom. Hingga pada akhirnya ada Endra Gunawan, tokoh seniman ketika itu memperbaiki rumah tersebut dan menjadikannya sebagai basecamp untuk para seniman.
Rumah itupun disewa olehnya kepada kakek Widyo dengan kesepakatan jika terjadi apa-apa, rumah tua itu harus kembali kepada anaknya, yaitu bapak dari Widyo bernama Tedjo Winoto.
"Nah rumah itu dipakai oleh pelukis rakyat. Tahun 1965-an, tidak tahu karena apa kemudian bubar dan rumah itu kembali kepada bapak saya. Dulu patungnya itu ada tiga, ada patung Pak Urip Sumoharjo, Pak Dirman (Jenderal Sudirman) dan patung Ngarso Dalem IX. Saya kurang tahu juga kalau patung Pak Urip dan Pak Dirman dipindah ke mana, dan tinggal patung Ngarso Dalem IX di sini," tuturnya.
Ia menjelaskan, sebenarnya patung Sri Sultan Hamengku Buwono IX itu belum selesai dalam pembuatannya.
Pada tahun 1980-an, saat Widyo pertama kali menjadi Abdi Dalem Kraton Yogyakarta, ia mendapatkan cerita dari ayahnya bahwa patung tersebut tidak dilanjutkan dibuat karena Sri Sultan Hamengku Buwono IX tidak ingin dibuatkan patung yang menggambarkan sosok dirinya.
Sri Sultan Hamengku Buwono IX, lanjutnya, juga tidak ingin dijadikan nama jalan dan tidak ingin diagung-agungkan. Maka dari itu pembuatan patung itu tidak dilanjutkan oleh Roestamadji.
Widyo menuturkan, dengan adanya itu dirinya merasa ada sesuatu yang mengganjal karena keberadaan patung tersebut. Karena menurutnya ia takut ada segelintir orang menjadikan patung itu tidak semestinya.