"Air Mata Surga", Wanita Dalam Mempertahankan Cinta

Kekuatan seorang wanita untuk mempertahankan cinta, direpleksikan ke dalam sebuah film BERJUDUL "Air Mata Surga".

Penulis: abm | Editor: oda
Tribun Jogja/ Septiandri Mandariana
Dewi Sandra saat tampil di Ambarrukmo Plaza Yogyakarta, Selasa (10/11/2015) 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Septiandri Mandariana

TRIBUNJOGJA.COM - Kekuatan seorang wanita untuk mempertahankan cinta, direpleksikan ke dalam sebuah film yang ceritanya diambil dari sebuah novel berdasarkan kisah nyata. "Air Mata Surga", sebuah judul yang pantas untuk mewakili film yang digarap dengan penuh rasa cinta.

"Saya menemukan sosok seorang wanita yang kuat pada diri Fisha. Seorang sosok wanita yang mau memperjuangkan cintanya hingga akhir hayatnya. Secara pribadi saya ingin sekali bertemu dengan Fisha," ungkap Dewi Sandra, pemeran Fisha dalam film "Air Mata Surga", dalam jumpa persnya di Ambarukmo Plaza, Senin (9/11/2015) malam.

Film drama religi berdurasi 119 menit ini mengisahkan tentang seorang wanita asal Yogyakarta bernama Fisha, yang dengan tegar terus mempertahankan kisah cintanya bersama sang suami bernama Fikri, walau diterpa dengan berbagai permasalahan yang menerpa hubungan mereka berdua.

Kisah ini diadaptasi dari novel fenomenal karya Aguk Irawan dengan judul "Air Mata Tuhan" yang diambil dari kisah nyata.

Film ini disutradarai oleh Hestu Saputra, dan diproduseri oleh Agung Saputra dan Dave Gerald. Film ini melibatkan beberapa aktor dan aktris, di antaranya Dewi Sandra (Fisha), Richard Kevin (Fikri), Morgan Oey (Hamzah), Roweina (Halimah/Ibu Fikri), Imaz Fitria (Riri), Ayu Diah Pasha (Ibu Fisha), Adhitya Putri (Weni/Sahabat Fisha) dan masih banyak lagi.

Hestu mengatakan, film Air Mata Surga ini merupakan sebuah realitas yang disajikan dalam bentuk kreatifitas.

Dalam proses syutingnya pun mendapatkan banyak kejutan dari tuhan, sehingga penggarapan film ini pun tidak mendapatkan kendala apapun.

Selain itu, kesolidan dari tim yang menggarap film ini ia pastikan menjadi salah satu faktor kelancaran penggarapan film yang baru dirilis pada 22 Oktober 2015 kemarin.

"Setelah kita lihat novel karya Aguk, saya langsung cari sutradara.Yang pas untuk menyutradarai film ini hestu, karena visi dan misi nyambung. Awalnya baru berbentuk sinopsis, lalu menggodok skenario bersama. Prosesnya pun panjang sekali. Persiapannya 8 bulan," kata Agus Saputra.

Agus menuturkan, film ini bisa jadi akan ada film lanjutannya jika mendapatkan apresiasi yang tinggi dari masyarakat Indonesia.

Menurutnya, ketika masyarakat ingin membantu dunia perfilman di Indonesia, mereka seharusnya datang ke bioskop untuk menyaksikan film Indonesia, bukan film yang berasal dari luar Indonesia.

"Saya hanya menuliskan kisah dari Fisha. Ini kisah nyata. Ketika saya membaca buku harian dari Fisha, saya menangis ketika membaca kisah-kisahnya. Fisha lahir dan meninggal dunia di sebuah rumah makan kecil di seputaran blok O Yogyakarta. Ini merupakan sebuah gambaran seorang yang kuat dan tegar dari seorang Fisha," tutur Aguk, penulis buku Air Mata Tuhan. (tribunjogja.com)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved