Sebagian Besar Televisi Swasta Suguhkan Program Berkualitas Rendah
Masyarakat Yogyakarta memiliki pemahaman baik terhadap cara penilaian kualitas program siaran televisi.
Penulis: baskoro | Editor: baskoro
YOGYA, TRIBUN - Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Yogyakarta, Supardiono M. Hum. mengatakan, bermutu atau tidaknya program-program siaran televisi ditentukan oleh persepsi para pengiklan terhadap selera masyarakat menonton program-program siaran.
Selama ini program-progam siaran yang dianggap tidak bermutu misalnya mengandung unsur kekerasan, pornografi, mistik, klenik yang menjadi selera sebagian besar masyarakat Indonesia, sehingga iklannya mbludak. "Program acara yang mutunya rendah justru bisa bertahan tayang dalam jangka lama. Hal ini mungkin dikarenakan survey-survey tentang minat masyarakat terhadap program siaran televisi tidak tepat atau kurang mewakili masyarakat Indonesia," kata Supardiono pada acara Pelatihan Rating Publik dan Survey Indeks Kualitas Program Siaran Televisi di kampus UIN Sunan Kalijaga, kemarin.
Menurut Supardiono, program-program siaran pertelevisian Indonesia, jika terus menerus didominasi oleh siaran-siaran yang tidak bermutu akan berdampak buruk terhadap pembangunan mental spiritual masyarakat Indonesia, karena demikian dahsyatnya pengaruh siaran televisi itu bagi penontonnya.
Oleh karenanya untuk membangun pertelevisian Indonesia agar semakin baik dan berdampak positif bagi pembangunan mental spiritual masyarakat Indonesia, KPID secara terus menerus melakukan roadshow ke wilayah wilayah seluruh Indonesia, melakukan pelatihan yang kali ini diadakan di Yogyakarta.
Pelatihan Rating Publik dan Survey Indeks Kualitas Program Televisi yang ke-4 kalinya, bertempat di ruang pertemuan Kantor Pusat Administrasi Universitas, kampus UIN Sunan Kalijaga. Forum ini melibatkan peserta dari berbagai elemen masyarakat PNS, ibu rumah tangga, mahasiswa, anggota DPR, jurnalis, LSM, wirausaha, swasta, dan berbagai profesi lainnya.
Hasil-hasil survey akan dipresentasikan di kalangan penggiat periklanan televisi dan dipublikasikan secara luas, agar memberi pemahaman kepada penggiat periklanan, bagaimana sesungguhnya selera masyarakat Indonesia terhadap program-program siaran televisi dan mendidik masyarakat bagaimana memilih hanya program-program siaran yang berkualitas yang akan ditonton. "Sehingga memberi pelajaran yang berharga dan memberi dampak positif bagi keberlangsungan keluarga di Indonesia," ujarnya.
Sementara, Ketua Prodi Ilmu Komunikasi selaku Ketua Penyelenggara, Drs. Bono Setyo, M. Si., menyampaikan, hasil-hasil Survey Indeks Kualitas Program Televisi yang dilakasanakan di wilayah Yogyakarta beberapa kali terhadap 15 stasiun televisi nasional menunjukkan bahwa, sebagain besar masyarakat Yogyakarta menilai sebagian besar stasiun televisi swasta nasional masih menyuguhkan program - program siaran yang berkualitas rendah. "Hal ini ditunjukkan dengan penilaian masyarakat yang berkisar antara 1, 2 dan 3 dari setiap kategori yang disajikan tim survey. Sementara kualitas program siaran televisi dikategorikan berkualitas bila nilainya 4 dan 5," kata Bono.
Sementara dari hasil survey pula menunjukkan bahwa, masyarakat Yogyakarta memiliki pemahaman baik terhadap cara penilaian kualitas program siaran televisi. Pihaknya berharap, melalui survey-survey panjang, berbagai presentasi dan publikasi yang terus menerus, akan mengubah pandangan para pengiklan untuk memilih program-program siaran televisi yang berkualitas. "Efeknya kan memberi pembelajaran yang baik dan membangun bagi seluruh masyarakat Indonesia melalui televisi," katanya. (bm)