Mahasiswa Minta Dewan Pers Turun Tangan Sikapi Pembredelan Pers Kampus

Laporan Reporter Tribun Jogja, Khaerur Reza

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Masih maraknya pembredelan produk jurnalistik kampus, baik dalam bentuk majalah ataupun buletin di era kebebasan pers saat ini sangat disayangkan para mahasiswa.

Mereka berharap dewan pers mau memberi perhatian pada masalah ini.

Yang terbaru pada 16 Oktober 2015 pihak kepolisian dan dekanat kampus menarik paksa 500 eksemplar majalah lentera yang diterbitkan Persma UKSW Salatiga.

"Kami kan pakai kerja jurnalistik juga, kalau ada yang kurang pas ya isinya dibedah dulu. Kalau langsung pembredelan kan namanya premanisme," ujar Arci, aktivis Persma UNY, yang melakukan aksi damai bersama Persma se-DIY di Tugu Pal Putih Yogyakarta, Kamis (22/10/2015) siang.

Apalagi dirinya dan rekan-rekannya juga pernah menjadi korban saat buletin yang diterbitkannya dibredel oleh dekanat.

"Kita menuntut dewan pers untuk menyikapi kasus-kasus pers mahasiswa," ujarnya.

Selain itu mereka menuntut pihak birokrasi kampus untuk menjamin segala bentuk kegiatan mahasiswa secara akademik maupun non akademik mahasiswa.

Lalu mengecam kriminalisasi dan intervensi kepolisian di ranah akademik serta mengecam segala bentuk pembredelan pers mahasiswa.

Serta mengutuk birokrat kampus UKSW yang telah membredel dan melanggar kebebasan berekspresi mahasiswa.

Seusai melakukan orasi selama sekitar 1 jam puluhan mahasiswa ini kemudian membubarkan diri dengan tertib. (*)