Lipsus Macan Merapi
Berharap Ada Rekaman Macan Merapi di Kamera Trap
Setelah dipasang serentak pada pekan kemarin, kamera trap yang dipasang di berbagai titik di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) akan diambil.
Penulis: dnh | Editor: oda
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Setelah dipasang serentak pada pekan kemarin, kamera trap yang dipasang di berbagai titik di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) akan diambil pada awal pekan depan.
Kamera trap merk Bushnell itu dipasang dengan harapan bisa merekam aktivitas satwa liar di Merapi, termasuk sang top predator macan tutul.
Menurut Edy Nurcahyadi, Koordinator Kegiatan Monitoring Macan Tutul TNGM, ada beberapa kamera yang rencananya akan diambil awal pekan ini.
Namun atas berbagai pertimbangan, maka kamera yang secara fisik berwarna coklat itu akan diambil pekan depan.
"Untuk kamera belum jadi diambil kemarin, seperti yang di jalur Sapuangin akan diambil pekan depan, kalau gak senin ya selasa depan," jelasnya.
Kamera trap yang dipasang di beberapa titik pejuru mata angin Merapi ini ditujukan untuk menangkap gambar macan tutul di Merapi.
Ini juga yang digunakan untuk menghitung jumlah populasi yang ada.
Seperti diberitakan sebelumnya, menurut peneliti karnivora, Didik Raharyono saat ini tidak ada angka pasti berapa populasi kucing besar ini.
Pemasangan kamera trap secara serentak adalah jalan yang bisa digunakan untuk menghitung populasi.
Sementara itu dari sumber referensi yang didapat Tribun Jogja, untuk populasi macan tutul jawa yang terancam kepunahan, belum pernah ada pendataan ulang terkait dengan populasi di Pulau Jawa khususnya setelah tahun 1992.
Khusus untuk di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, terdapat tempat di luar kawasan Taman Nasional yang diyakini masih menjadi habitat predator tersebut.
Menurut Pengendali Ekosistem Hutan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Yogyakarta Kusmardiyastuti, ada tempat lain yang diyakini masih menjadi habitat yakni Kawasan Waduk Sermo dan Gunungkidul.
"Saya pribadi masih meyakini dan belum punah (macan tutul jawa), disana (Sermo) ada kijang, kalau ada makanan ada predatornya," ujarnya pekan kemarin. Sementara itu, terkait dengan jumlah populasi, BKSDA Yogyakarta tidak memiliki data tersebut.
"Tidak ada data untuk jumlah macan di DIY, karena juga kita belum pernah bertemu langsung. Kalau ada laporan, kami tindak lanjuti," jelas Apri Aryanto, Bagian Pemanfaatan dan Pelayanan BKSDA Yogyakarta. (tribunjogja.com)