Ratusan Warga Berebut Gunungan Bakpau Dan Arem-arem
Ratusan warga Dipowinatan, Mergangsan, Yogyakarta, berebut gunungan bakpau dan arem-arem, dalam acara Karnaval Merti Golong Gilig.
Penulis: abm | Editor: oda
Laporan Reporter Tribun Jogja, Septiandri Mandariana
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Ratusan warga Dipowinatan, Mergangsan, Yogyakarta, berebut gunungan bakpau dan arem-arem, Selasa (18/08/2015) sore, dalam acara Karnaval Merti Golong Gilig yang diikuti oleh seluruh warga daerah tersebut, memperingati hari kemerdekaan Indonesia.
Tua, muda dan berbagai kalangan yang menjadi warga daerah tersebut ikut serta memeriahkan acara tersebut yang sudah terselenggara sebanyak lima kali ini selalu mendapatkan apresiasi dan antusias yang tinggi dari masyarakatnya.
Selain menyajikan hiburan berupa karnaval, ternyata acara tersebut memiliki keunikan yang membuat para masyarakatnya menunggu-nunggu penyelenggaraan Karnaval Merti Golong Gili tersebut.
Seperti yang dilakukan oleh Endang Sukarningsih, warga asli Dipowinatan yang kini sudah berpindah kediaman ke daerah Gambiran Yogyakarta.
Ia mengaku sangat senang dan menanti-nanti acara tersebut diselenggarakan di kampung halamannya. Setiap tahun ia selalu hadir dalam penyelenggaraan acara tersebut bersama suami dan keluarganya yang lain.
"Semua keluarga saya masih pada di sini. Saya seneng banget, soalnya kan jarang-jarang dan saya selalu hadir setiap tahunnya. Unik sekali acara ini," ujar Endang.
Endang mengatakan, ia selalu menunggu-nunggu saat makan bersama dengan warga yang lainnya secara gratis.
Menurutnya, ketika makan gratis tersebut ia dapat bersilaturahmi dan berkomunikasi dengan seluruh warga yang ikut serta dalam acara tersebut.
"Selain makan, kita pun bisa bersilaturahmi. Keunikannya adalah ketika kita makan gratis, makanannya harus dimakan di tempat, agar satu sama lain bisa saling berkomunikasi," tutur Endang.
Sigit Istiarto, Kepala Kampung Wisata Dipowinatan mengatakan, diawal acara tersebut menampilkan tarian berjudul Perang Tanding Angkara Murka dan Satria.
Selain itu, para masyarakat pun disajikan karnaval yang dibagian depan barisannya dikawal oleh orang-orang yang berdandan layaknya pasukan (bergodo), dan diikuti oleh rombongan lainnya beserta masyarakat.
Rombongan sendiri diikuti oleh sebanyak 140 orang dan belum termasuk masyarakat.
Rombongan karnaval tersebut berjalan mengelilingi kampung sambil membawa gunungan bakpau dan arem-arem yang merupakan makanan yang telah menjadi ikon kampung tersebut.
"Dulu di dekat sini ada terminal. Bakpau dan Arem-arem merupakan makanan asli daerah sini yang dijual di terminal tersebut. Walaupun terminalnya sudah tidak ada, kedua makanan tersebut merupakan ikon makanan Dipowinatan yang masih dilestarikan hingga saat ini," papar Sigit.