LIPSUS : Kurang Ajar! Tembok Keraton Dicorat-Coret Cat Semprot
Hampir di semua sudut kota yang memiliki luasan 3.250 hektare terkena aksi corat coret
Penulis: dnh | Editor: Iwan Al Khasni
"Harus ada tindakan tegas serta pengawasan, kalau sekarang masih belum terlalu parah bukan tidak mungkin aksi vandal akan terus membesar suatu saat nanti," ujarnya.
Selama ini berbicara mengenai masalah vandalisme selalu mengarah kepada anak muda yang suka corat coret sembarangan.
Bahkan tidak sedikit kemudian menimbulkan kesalahpahaman dengan para seniman yang juga membuat karya di ruang publik, seperti mural dan street art.

Tribun Jogja | Hamim Thohari
Menurut salah seorang seniman street art yang berdomisili di Yogyakarta, Adit Herehere para seniman biasanya melihat tempat yang akan digunakan untuk menuangkan ekpresi seni mereka.
Adit pun menyebutkan bahwa di komunitas street art terdapat aturan bahwa mereka tidak akan membuat karya di benda cagar budaya termasuk yang berada di komplek Keraton.
"Kami paham bahwa cagar budaya bukan tempat untuk membuat karya, kami mengerti itu dan kami menghargai karena cagar budaya memiliki nilai sejarah," ujar pria kelahiran 1991ditemui tengah pekan kemarin.
Tentang para pelaku vandalis di bangunan cagar budaya, Adit menyebutkan beberapa kali ia pernah memergoki aksi pelaku. "Pernah bertemu, mereka hanya sekedar coratcoret. Rata-rata usia SMP-SMA, namun ada juga yang sudah tidak sekolah," ujarnya.(tribunjogja.com)
