Melongok Tempat Latihan Para Pilot di Garuda Indonesia Training Center
Nuansa kokpit sebuah pesawat baru terlihat setelah masuk ke dalam kabin simulator
Penulis: Singgih Wahyu Nugraha | Editor: Ikrob Didik Irawan
Lokasinya berada di gedung berbeda dengan sejumlah fasilitas yang dibuat semirip mungkin dengan kondisi sebenarnya di lapangan. Peralatan ini digunakan untuk ground training dan flight training.
Misalkan saja jenis static maket yang terhubung langsung dengan evacuation slide yang telah mengembang. Ini biasanya digunakan untuk pelatihan pendaratan darurat di mana penumpang harus dievakuasi secepat mungkin keluar dari pesawat menggunakan semacam perosotan khusus.
Ada juga satu buah kolang renang untuk simulasi wet drill atau simulasi respon saat pesawat mendarat darurat di atas air.
Di bagian lain bangunan yang sama, terdapat beberapa static maket lain yang mensimulasikan kondisi kabin penumpang dan kabin khusus flight attendant dari semua jenis pesawat yang dioperasikan Garuda Indonesia.
Baik pesawat berukuran sedang untuk penerbangan domestik hingga pesawat besar seperti yang digunakan untuk perjalanan ibadah haji. Maket ini digunakan untuk simulasi pelayanan penumpang, pelatihan keamanan (security), situasi darurat, langkah penyelamatan, dan lain sebagainya.
“Di sini juga ada area training yang bisa digelapkan dan disertai efek hujan untuk melatih flight attendant menghadapi kondisi darurat. Kami punya standar keselamatan bahwa dalam keadaan darurat, penumpang harus bisa segera dievakuasi dalam waktu 90 detik,” kata Dudung.
Disebutkan Dudung, misi yang ingin dicapai dari pelatihan di GITC adalah menciptakan sumber daya dengan tiga keunggulan. Yakni, personal exellence, safety excellence dan security excellence.
Kurikulum pendidikan diterjemahkan ke dalam beberapa akademik sesuai bidang masing-masing personal yang ditangani pelatihannya di GITC. Yakni pilot, flight attendant, flight operation officer, hingga sales dan finance.
Ini diperlukan agar ‘lulusan’ GITC tidak sebatas memenuhi kualifikasi namun juga memiliki kompetensi yang mumpuni.
Sehingga, mereka mampu memenuhi business objective yang harus dicapai. Ini juga sejalan dengan label Garuda Indonesia sebagai maskapai bintang lima dan program Quantum Leap 2011-2015 sebagai bentuk transformasi dan ekspansi perusahaan.
Apalagi, maskapai ini sekarang sudah bergabung dengan aliansi maskapai penerbangan SkyTeam sebagai langkah untuk menjawab persaingan dunia airlines yang kian ketat.
Sebagai informasi, GITC tidak hanya menangani pelatihan untuk sumber daya manusia (SDM) baru namun juga melayani evaluation training bagi kru Garuda Indonesia secara periodik.
Masing-masing dilakukan evaluasi secara detil untuk melihat kinerja yang telah dicapainya.
Saat ini, lanjut Dudung, Garuda Indonesia memiliki sekitar 1300 pilot dan 3.500 crew yang harus dikelola. Beberapa maskapai lain juga memercayakan training bagi krunya di GITC.
Dengan kompleksnya konsep training dan evaluasi SDM yang dilakukan di GITC, lanjut Dudung, Garuda Indonesia ingin memberikan pelayanan yang terbaik dan excellent untuk para penumpangnya.
“Persaingan antar airlines kini kian ketat. Kalau hanya mengandalkan kualifikasi SDM, tentu kita akan tergilas oleh lainnya,” tandas Dudung. (tribunjogja.com)