Melongok Tempat Latihan Para Pilot di Garuda Indonesia Training Center

Nuansa kokpit sebuah pesawat baru terlihat setelah masuk ke dalam kabin simulator

TRIBUNJOGJA/SINGGIH WAHYU NUGRAHA
Garuda Indonesia Training Center (GITC) 

TRIBUNJOGJA.COM - Garuda Indonesia Training Center (GITC) sebagai salah satu anak perusahaan maskapai nasional tersebut berupaya menciptakan sumber daya manusia yang andal. Tidak hanya memenuhi kualifikasi namun juga kompetensinya.

Transformers, itulah yang langsung terlintas di pikiran ketika Tribun Jogja melongok ruang pelatihan pilot di Garuda Indonesia Training Center (GITC) di kawasan Duri Kosambi, Cengkareng, Jakarta Barat, 5 Mei lalu.

Beberapa buah unit flight simulator saling berjejer di ruangan khusus dan secara sekilas tampak seperti kepala para robot mesin raksasa dalam film fenomenal tersebut.

Meski disebut alat simulasi penerbangan, tampilan luarnya memang tak seperti layaknya kepala pesawat yang meruncing aerodinamis. Bentuk simulator itu justru cenderung persegi.

Nuansa kokpit sebuah pesawat baru terlihat setelah masuk ke dalam kabin simulator. Di sana terdapat deretan panel instrumen operasional pesawat, kursi pilot dan co-pilot, hingga tuas throttle untuk menjalankan pesawat.

Layar khusus di bagian kaca depan pun menampilkan simulasi kondisi di luar pesawat. Singkat kata, alat simulasi canggih ini dibuat semirip mungkin dengan kondisi yang harus dihadapi pilot ketika menjalankan sebuah pesawat.

Beberapa unit tengah digunakan untuk proses training para pilot ketika Tribun datang. Unit simulator itu terlihat bergerak-gerak secara perlahan seperti pesawat tengah berjalan di udara.

Namun, sejurus kemudian, ujung unitnya terlihat melakukan gerakan menukik tajam menuju lantai.

“Unit yang ada di sini merupakan simulator level D. Kemiripannya mencapai 99,9% dengan keadaan sebenarnya. Ini diperlukan untuk mencetak pilot yang benar-benar menguasai keahliannya. Karena, dalam bisnis airline, training tidak hanya untuk memenuhi kualifikasi tapi juga supaya setiap person memiliki kompetensi di bidangnya,” papar Dudung Abdurrahman, Senior Manager GITC.

Empat Buah

Ada empat buah simulator di GITC yang mewakili kebanyakan spesifikasi jenis pesawat yang dijalankan Garuda Indonesia saat ini. Yakni, jenis Boeing 737-800 dan 737-800 NGs serta Airbus 330 dan Airbus 320-200.

Simulator jenis pesawat Aribus 330 dan Boeing 737-800 NGs merupakan simulator terbaru yang dibeli dari CAE, perusahaan internasional pembuat peralatan latihan penerbangan dari Canada, beberapa tahun silam.

Nilai tebusnya mencapai puluhan juta dolar Amerika Serikat per unit. Kedua flight simulators tersebut merupakan jenis terbaru dari produk-produk CAE yang menggunakan System Electric Motion untuk efisiensi penggunaan listrik.

“Dari simulator ini, para pilot di-training untuk menghadapi berbagai kemungkinan dan memutuskan langkah yang harus diambil. Terutama dalam keadaan darurat. Baik yang berupa emergency planned maupun unplanned,” kata Dudung.

Selain flight simulator, GITC juga memiliki beberapa simulator lain berupa maket pesawat yang digunakan untuk training bagi flight attendant.

Lokasinya berada di gedung berbeda dengan sejumlah fasilitas yang dibuat semirip mungkin dengan kondisi sebenarnya di lapangan. Peralatan ini digunakan untuk ground training dan flight training.

Misalkan saja jenis static maket yang terhubung langsung dengan evacuation slide yang telah mengembang. Ini biasanya digunakan untuk pelatihan pendaratan darurat di mana penumpang harus dievakuasi secepat mungkin keluar dari pesawat menggunakan semacam perosotan khusus.

Ada juga satu buah kolang renang untuk simulasi wet drill atau simulasi respon saat pesawat mendarat darurat di atas air.

Di bagian lain bangunan yang sama, terdapat beberapa static maket lain yang mensimulasikan kondisi kabin penumpang dan kabin khusus flight attendant dari semua jenis pesawat yang dioperasikan Garuda Indonesia.

Baik pesawat berukuran sedang untuk penerbangan domestik hingga pesawat besar seperti yang digunakan untuk perjalanan ibadah haji. Maket ini digunakan untuk simulasi pelayanan penumpang, pelatihan keamanan (security), situasi darurat, langkah penyelamatan, dan lain sebagainya.

“Di sini juga ada area training yang bisa digelapkan dan disertai efek hujan untuk melatih flight attendant menghadapi kondisi darurat. Kami punya standar keselamatan bahwa dalam keadaan darurat, penumpang harus bisa segera dievakuasi dalam waktu 90 detik,” kata Dudung.

Disebutkan Dudung, misi yang ingin dicapai dari pelatihan di GITC adalah menciptakan sumber daya dengan tiga keunggulan. Yakni, personal exellence, safety excellence dan security excellence.

Kurikulum pendidikan diterjemahkan ke dalam beberapa akademik sesuai bidang masing-masing personal yang ditangani pelatihannya di GITC. Yakni pilot, flight attendant, flight operation officer, hingga sales dan finance.

Ini diperlukan agar ‘lulusan’ GITC tidak sebatas memenuhi kualifikasi namun juga memiliki kompetensi yang mumpuni.

Sehingga, mereka mampu memenuhi business objective yang harus dicapai. Ini juga sejalan dengan label Garuda Indonesia sebagai maskapai bintang lima dan program Quantum Leap 2011-2015 sebagai bentuk transformasi dan ekspansi perusahaan.

Apalagi, maskapai ini sekarang sudah bergabung dengan aliansi maskapai penerbangan SkyTeam sebagai langkah untuk menjawab persaingan dunia airlines yang kian ketat.

Sebagai informasi, GITC tidak hanya menangani pelatihan untuk sumber daya manusia (SDM) baru namun juga melayani evaluation training bagi kru Garuda Indonesia secara periodik.

Masing-masing dilakukan evaluasi secara detil untuk melihat kinerja yang telah dicapainya.

Saat ini, lanjut Dudung, Garuda Indonesia memiliki sekitar 1300 pilot dan 3.500 crew yang harus dikelola. Beberapa maskapai lain juga memercayakan training bagi krunya di GITC.

Dengan kompleksnya konsep training dan evaluasi SDM yang dilakukan di GITC, lanjut Dudung, Garuda Indonesia ingin memberikan pelayanan yang terbaik dan excellent untuk para penumpangnya.

“Persaingan antar airlines kini kian ketat. Kalau hanya mengandalkan kualifikasi SDM, tentu kita akan tergilas oleh lainnya,” tandas Dudung. (tribunjogja.com)

Sumber: Tribun Jogja
Tags
pilot
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved