Meranggi Warangka Keris Bermutu Tinggi di Kampung Nyutran

Lama pembuatan satu warangka relatif singkat, hanya satu dua hari saja.

Penulis: Rendika Ferri K | Editor: Hendy Kurniawan
TRIBUN JOGJA/RENDIKA FERRI KURNIAWAN
Eko sedang meranggi warangka keris dari kayu timoho bermotif macan tutul, di bengkel miliknya di kampung Nyutran, Wirogunan, Selasa (21/4/2015). 

Waktu yang cukup lama adalah pada saat pembahanan, pemilihan kayu.

Ia menyebutkan bahwa kebanyakan pelanggan jasa meranggi keris berasal dari kalangan pejabat, pegawai, kolektor ataupun masyarakat umum.

Biasanya mereka memiliki pilihan khusus mengenai jenis kayu yang diinginkan.

Wajar saja, harganya pun beda.

Warangka dengan kayu timoho, dipatok harga Rp10 juta.

Berbeda harga lagi jika polanya macan tuthul, kendhit, nyamel dan banyak lagi.

Sedangkan, warangka yang murah, Rp200.000, seperti kayu jati ataupun kayu asem.

Warangka yang paling mahal yakni yang terbuat dari gading.

Gading yang berasal dari gajah ditaksir bisa sampai Rp25 juta.

Diujung percakapan, Eko berharap bagi generasi penerus paling tidak bisa mengerti, syukur bisa belajar proses pembuatan warangka dan peranggian. Sehingga pengetahuan meranggi keris ini tak putus di satu generasi saja, dan bisa diwariskan ke anak cucu nanti.

"Saya berharap semoga pengetahuan meranggi warangka ini tak putus pada satu generasi saja. Semoga dapat diwariskan ke anak cucu kita nanti. Bukan hanya warangka saja, tapi pembuatan keris keseluruhannya," harap Eko. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Tags
keris
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved