Meranggi Warangka Keris Bermutu Tinggi di Kampung Nyutran

Lama pembuatan satu warangka relatif singkat, hanya satu dua hari saja.

Penulis: Rendika Ferri K | Editor: Hendy Kurniawan
TRIBUN JOGJA/RENDIKA FERRI KURNIAWAN
Eko sedang meranggi warangka keris dari kayu timoho bermotif macan tutul, di bengkel miliknya di kampung Nyutran, Wirogunan, Selasa (21/4/2015). 

Selain karena sudah langka, kayu timoho diyakini memiliki pelet, semacam daya tarik yang dimiliki kayu itu sendiri.

"Bagus enggaknya warangka tergantung jenis kayu yang dipakai. Kayu Timoho paling bagus jenisnya. Harganya pun mahal. Sedangkan yang paling murah, kayu cendana, jati atau asem," tutur Eko.

Ia melanjutkan, untuk proses pembuatan warangka pertama yakni proses pembahanan.

Pemilihan kayu menjadi tahap paling awal pembahanan.

Kayu mojo, kayu cendana, atau bahan gading gajah.

Tahap ini memakan waktu yang cukup lama, karena diperlukan pilihan kayu tertentu.

Tahap selanjutnya adalah pembentukan warangka.

Pembentukan ini dibagi menjadi pembentukan gedangan, yaitu gagang keris yang melengkung.

Seusai gedangan dibuat, dipasangkan gandar, gagang panjang dari warangka.

Kedua bagian itu disambung, atau istilahnya dicantik.

Pada tahap ini, pembuatan warangka sudah mencapai 50 persen.

Adapun tahap terakhir adalah penghalusan.

Inilah yang menentukan bagus tidaknya warangka yang ditentukan pada tahap finishing yaitu proses pengamplasan.

Penghalusannya pun tak menggunakan pelitur. Melainkan digosok menggunakan tangan atau dengan kain.

Meski cukup rumit, namun prosesnya ternyata relatif singkat, yakni hanya menghabiskan waktu satu hingga dua hari saja.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jogja
Tags
keris
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved