Megaproyek Bandara Kulonprogo

Warga WTT Teriakkan Takbir

Teriakan takbir berulang-ulang diteriakkan oleh ratusan warga Glagah yang tergabung dalam Wahana Tri Tunggal (WTT)

Penulis: ptt | Editor: tea
Tribun Jogja/Puthut Ami Luhur
Warga Desa Glagah dan Palihan yang tergabung dalam Wahana Tri Tunggal (WTT), memaksa petugas kepolisian mundur di Jalan Lingkar Selatan Jawa (JLSJ) atau yang dikenal Jalan Daendels, Selasa (23/9/2014). 

TRIBUNJOGJA.COM, KULONPROGO - Teriakan takbir berulang-ulang diteriakkan oleh ratusan warga Glagah yang tergabung dalam Wahana Tri Tunggal (WTT), sembari berjalan maju memaksa mundur aparat kepolisian dari Polres Kulonprogo. Warga juga memukul-mukul truk water cannon milik kepolisian, agar menjauh dari kerumunan yang sedang menggelar aksi menolak rencana pembangunan bandara baru di Kulonprogo.

Petugas kepolisian sedikit demi sedikit mundur menuju depan Balai Desa Glagah, mengalah agar tidak terjadi amuk massa yang lebih besar. Mobil water cannon yang baru saja menyemprot ban bekas dibakar warga, juga mundur secara pelan-pelan menjauh.

Aksi warga yang tergabung dalam WTT, tidak hanya membakar ban bekas di tengah Jalan Lintas Selatan Jawa (JLSJ) atau lebih dikenal sebagai Jalan Daendels. Mereka juga memblokir jalan yang membelah Desa Glagah, dari sekitar pukul 08.00 WIB.

Warga yang berjumlah ratusan, juga menaruh batu-batu besar seukuran kepala manusia dewasa di atas badan jalan, agar kendaraan roda dua maupun empat tidak bisa melintas. Mereka juga sempat menggelar salat Duhur di tengah jalan, saat waktu memasuki pukul 12.00 WIB.

Menurut Humas WTT Martono, aksi pemblokiran jalan karena warga yang tergabung dalam WTT tidak diperbolehkan masuk secara bersama-sama di area sosialisasi di Balai Desa Glagah. Aparat keamanan melarang warga desa yang tergabung dalam WTT lanjutnya, masuk secara bersama-sama dan harus satu per satu.

"Kami memblokir jalan karena dihadang aparat keamanan masuk ke dalam tempat sosialisasi, mereka ingin kami datang satu per satu tidak secara bersama-sama. Jika permintaan tersebut mendekati pintu masuk tidak masalah tetapi karena masih jauh, sekitar 300 meter kami rasa berlebihan," kata Martono kepada Tribun Jogja, Selasa (23/9).

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved