Selama 25 Tahun FKY Tetap Eksis
Kehadiran FKY dari sisi profit-melalui kegiatan rutin Pasar Seni-telah diketahui bersama dapat memberikan dampak ekonomis baik bagi para pelaku seni
Penulis: rap | Editor: Ikrob Didik Irawan
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - MULAI 2 September lalu sebuah gerbang menutupi setengah lebih sisi depan gedung Jogja Gallery yang terletak di Jl. Pekapalan 7, Alun-alun Utara Yogyakarta. Karya grafiti yang digambar pada gerbang menyambut pengunjung yang datang pada PAPERU atau Pameran Perupa Muda. Pameran yang berlangsung hingga 9 September ini merupakan bagian dari rangkaian FKY 26.
Cut & Remix dipilih menjadi tema dari pameran ini. Dikutip dari catatan kuratorial, bahwa tema tersebut berangkat dari gejala budaya penciptaan sistem dan struktur tanda sekarang yang terlihat pada fenomena praktik kreativitas berbahasa, merangkai benda-benda, gambar, bunyi dan berbagai fenomena lainnya.
Beberapa perupa undangan di pameran kali ini diantaranya: Ahmad Oka (Jogja), Anom Sugiswoto (Jogja), Anti-Tank (Jogja), Ivan Bestari Minar Pradipta (Jogja), Justian Jafin Rocx X (Jogja), Lifepatch (Jogja), Mufti Amenk Priyanka (Bandung), NSIDEONE (Jogja), Soda Jerk (Sydney, Australia), Thedeo Mix Blood (Jogja).
Selain itu, pada Panggung Sastra yang menampilkan pembacaan puisi dari 15 penyair muda terkini Yogyakarta menggelar beragam bentuk tafsir puisi dalam pertunjukan. Bertempat di Plataran Tamansari, selama tiga hari berturut-turut yaitu pada tanggal 4 sampai 6 September ini mengapresiasi para penyair muda yang terus bergiat mengisi dan menghidupkan dunia sastra Yogyakarta.
Divisi Media FKY26 Ovie Ermawati mengatakan bahwa antusiasme para penyair sangatlah besar, terbukti dari banyaknya yang telah mengirimkan karya mereka ke meja panitia.
Pada Jumat malam kemarin, (5/9) diadakan pertunjukan video mapping yang menampilkan konten modern dan juga tradisi di bangunan khas Yogyakarta. Pertunjukan ini dibuka oleh performance act dari Windarti Dance Company. Bertempat di 0 KM / BNI 46, para Seniman Videografis Kolektif ini mampu menghibur para pengunjung dan memberikan pandangan baru tentang aplikasi media seni pertunjukan.
Sejak 1989, Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) menjadi acara tahunan seni-budaya favorit bagi masyarakat Yogyakarta. Bisa dikatakan selama 25 tahun lamanya, FKY tetap eksis sebagai "etalase seni" dalam format festival dan telah dikenal secara luas sebagai "rumah" segala event seni dan budaya di Yogyakarta.
Ketua Umum FKY26 Setyo Harwanto menjelaskan bahwa kehadiran FKY dari sisi profit-melalui kegiatan rutin Pasar Seni-telah diketahui bersama dapat memberikan dampak ekonomis baik bagi para pelaku seni, maupun masyarakat sekitar.
Sedangkan dari sisi non-profit, FKY dapat memberikan kemanfaatan secara psikologis, yaitu sebagai ruang untuk bermain, berjalan-jalan, bersantai bersama pasangan maupun keluarga untuk menikmati berbagai hal yang berkaitan dengan seni dan budaya -senang sembari berbelanja menikmati produk lokal, seni dan budaya.
Setyo melanjutkan kalau tahun ini benar-benar terasa bahwa terutama anak muda mulai menceritakan kembali Kesenian tradisi dan Budaya Jogja, dengan segala bentuk keguyubannya melalui Social Media mereka. "Senang rasanya FKY mulai di sengkayung lagi. Banyak kritik juga saran dari masyarakat, artinya FKY mulai di perhatikan lagi. Selebihnya Apresiasi yang baik dari masyarakat," tutupnya. (tribunjogja.com)
