Seniman Adu Memasak di FKY
Mereka saling unjuk keterampilan meracik bahan makanan dan bumbu untuk menghasilkan masakan yang menarik dan tentu saja, enak
Penulis: Muhammad Fatoni | Editor: Ikrob Didik Irawan
Laporan Reporter Tribun Jogja, M Fathoni
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Pemandangan cukup unik terlihat di panggung Plaza Ngasem, Minggu (24/8) sore kemarin. Sejumlah seniman lokal Yogyakarta, mulai perupa hingga musisi beradu keterampilan di atas panggung disaksikan ratusan penonton.
NAMUN para seniman itu bukan adu kemampuan di bidang seni atau budaya, melainkan memasak. Mereka saling unjuk keterampilan meracik bahan makanan dan bumbu untuk menghasilkan masakan yang menarik dan tentu saja, enak.
Sebut saja seniman perupa Edo Pillu, musisi Hadi Susanto, serta beberapa seniman lain semisal Bambang Toko dan Arwin Hidayat. Mereka terlihat semangat saat ditantang membuat karya kuliner. Aksi mereka pun sontak mengundang perhatian para pengunjung yang memadati area di kompleks Pasar Ngasem tersebut.
Acara yang merupakan rangkaian Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) ke-26 itu mengambil tajuk "Cut & Re-Mix Live Cooking Project" dan mengangkat tema "Remixing Nusantara". Panitia juga menantang para seniman peserta acara tersebut untuk membuat masakan yang unik, baik dari sisi bentuk maupun namanya.
Alhasil, sejumlah masakan yang dibuat para seniman itu diberi nama-nama unik dan terkesan lucu. Misalnya perupa Arya Pandjalu, memberi nama masakannya "Si Merah Menangkap Ikan", Bambang Toko dan Arwin Hidayat memberi karya masakannya "Rica Rica Sapi Resah" dan Dewa Mustika memberi nama masakannya "Sate Lilit Werkudoro Ngamuk". Pun Edo Pillu yang menyebut masakan kreasinya "Cetar Membahana".
Ketua Divisi III FKY ke-26, Roby Setiawan, menuturkan acara cut & remix tersebut sengaja digelar untuk menjalin silaturahmi antarseniman di Yogyakarta. Namun, kali ini mereka mengangkat bentuk yang berbeda, yaitu lomba memasak.
"Kami memberikan kebebasan pada mereka untuk membuat masakan sekreatif mungkin, termasuk dalam pemberian nama masakannya," tutur Roby.
Panitia pun juga sengaja membuat acara tersebut dalam nuansa yang santai dan menghibur. Tak jarang pula para peserta juga saling melemparkan candaan ringan atau tingkah polah mengundang gelak tawa saat meracik bumbu masakan.
Roby juga menuturkan, kegiatan itu juga memperlihatkan berbagai perspektif baru memandang kebudayaan sebagai sebuah praktik penandaan. Dalam hal itu, peristiwa sederhana akan sangat vital dan bermakna.
"Peristiwa yang dimaksud adalah memasak, tapi meski sederhana bisa menjalin keakraban antarpeserta seniman ini," imbuhnya.
Menurutnya, tantangan memasak tersebut juga sengaja disiapkan panitia kepada para seniman lokal Kota Gudeg ini. Pihaknya menyebut ingin memberikan hiburan baru sekaligus sesuatu yang berbeda bagi para seniman yang selama ini menghasilkan karya budaya.
"Sebenarnya tak jauh beda antara kesenian dan memasak, yaitu sama-sama menggunakan daya kreativitas. Meski begitu, kami tetap menyediakan hadiah jutaan rupiah untuk pemenangnya," paparnya.
Juru masak profesional, Chef Made Wirata, yang ditunjuk sebagai dewan juri dalam acara tersebut mengatakan, meski diberikan kebebasan, namun ia menyebut kriteria dasar masakan, seperti bahan baku dan rasa tetap diperhatikan peserta.
"Jadi meski sifatnya bebas, namun tetap masakannya itu harus bisa dimakan, dalam arti rasanya juga harus diperhatikan," tuturnya. (tribunjogja.com)
