Megaproyek Bandara Kulonprogo

WTT Sebar Selebaran Tolak Bandara di Kulonprogo

Selebaran berisi permintaan dukungan menolak pembangunan bandara di Kulonprogo dibagikan kelompok Wahana Tri Tunggal

Penulis: Singgih Wahyu Nugraha | Editor: Rina Eviana Dewi

Laporan Reporter Tribun Jogja, Singgih Wahyu Nugraha

TRIBUNJOGJA.COM, KULONPROGO - Selebaran berisi permintaan dukungan menolak pembangunan bandara di Kulonprogo dibagikan kelompok Wahana Tri Tunggal (WTT) kepada warga yang melintas di Jalan Daendels, wilayah Desa Palihan, Temon, Minggu (30/3/2014). Hal ini dilakukan WTT untuk memperluas dukungan terhadap aksi penolakan rencana pembangunan bandara yang dikhawatirkan menggusur warga dari tanahnya.

Aksi sebar selebaran itu dilakukan warga WTT di tiga titik, yakni Pedukuhan Kragon, Sidorejo dan Macanan. Para warga berdiri memenuhi separuh bidang jalan dan membentangkan spanduk penolakan bandara. Mereka menghentikan sejenak kendaraan yang melintas kemudian memberikan selebaran yang berisi kalimat ‘Mohon Dukungan Penolakan Rencana Pembangunan Bandara, Tanah Leluhur Untuk Lapangan Kerja Warga Setempat Maupun Luar Daerah (WTT)’.

Humas WTT, Martono, mengatakan, aksi diikuti oleh sekitar 300 orang yang terbagi dalam tiga titik lokasi aksi. Aksi tersebut menurutnya sebagai cara untuk member informasi pada lingkup masyarakat lebih luas terkait sikap keberatan warga atas rencana pembangunan bandara.

“Kami ingin memberitahu dunia luar bahwa kami menolak tanpa syarat. Biar masyarakat lain tahu betapa semangatnya warga WTT untuk mempertahankan tanah kelahirannya,” kata dia.

Martono mengatakan, perjuangan WTT saat ini juga sudah mendapat dukungan dari beberapa pihak, semisal Paguyuban Petani Lahan Pantai (PPLP) Kulonprogo dan juga kalangan mahasiswa yang tergabung dalam kelompok Sekolah Bersama (Sekber) Yogyakarta. Pihaknya akan terus konsisten menolak rencana pembangunan bandara dan akan terus menggalang dukungan dari pihak-pihak lain yang berkompeten.

“Buat apa punya uang kalau kami tidak punya tanah? Kami akan terus berjuang sampai titik darah penghabisan,” imbuhnya.

Di sisi lain, lanjut Martono, WTT merasa dianaktirikan oleh Pemerintah Kabupaten Kulonprogo maupun DIY. Karena, suara penolakan warga dan WTT tidak didengar dan cenderung diabaikan. DIa mengatakan, WTT juga akan bersikap pasif terhadap perhelatan Pemilu 2014 ini mengingat para wakil rakyat juga tak bergeming dan memberi perhatian pada suara warga tersebut.

“Mereka hanya tebar pesona tanpa mendengarkan suara kami. WTT menganggap partai politik dan anggota dewan mendukung bandara maka itu kami akan bersikap pasif. Mau nyoblos boleh, nggak juga boleh,” cetusnya.(*)

Skandal Kuliner Terkait :

Bakpia Tidak Asli Merajalela di 7 Titik Penting di Yogya

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved